Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hasil Tes Antigen Negatif, Bukan Berarti Bebas Covid-19

17 Juli 2021   12:20 Diperbarui: 17 Juli 2021   13:32 7968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Pengalaman serupa juga dialami kawan saya, yang saat ini juga sedang melakukan isolasi mandiri. Hasil swab antigennya negatif, tapi ia merasa mengalami gejala-gejala Covid-19. Ia sendiri tidak memiliki riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Meski awalnya swab antigen negatif namun karena gejala muncul ada anosmia, batuk pilek, demam, kehilangan indera perasa  maka PCRlah. Qadarullah hasilnya positif. Dan, lima orang serumah kena semua," ceritanya.

Kawan saya ini mengaku sejak gejala muncul memang sudah memutuskan isoman, meski hasil swab antigen negatif. Sedari awal ia meragukan hasil negatif itu.

Cerita yang sama juga dialami oleh rekan dr. Zaenal Abidin, SH, MH, Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2012-2015. Sepengetahuannya, test PCR lebih sensitif dibanding swab antigen.

"Dulu ada juga teman saya saat swab antigen negatif, tapi terdapat gejala klinik menyerupai Covid. Jadi, saya bilang sebaiknya PCR. Ternyata setelah PCR hasil positif. Setelah itu, memutuskan isoman sampai sembuh dan dinyatakan negatif hasil PCRnya," ceritanya. 

Kawan saya yang lain juga begitu. Hasil swab antigen adiknya dinyatakan positif, sementara kawan saya negatif. Padahal, mereka berdua tidur sekamar dan seranjang. 

Meski hasil swab antigen negatif, kawan saya ini memutuskan untuk isolasi mandiri selama 7 hari. Untuk berjaga-jaga saja. Ia menyadari dirinya termasuk kontak erat dengan terkonfirmasi positif. Ia sendiri tidak mengalami gejala-gejala Covid-19.

Setelah sepekan isoman, ia juga tidak merasakan gejala-gejala Covid-19. Jadi, ia pun menyakini dirinya sudah "sembuh". 

Itu yang memiliki kesadaran dan "ngeh" ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya, jadi ia mengambil keputusan yang tepat. Atau setidaknya minimal isolasi mandiri.

Persoalannya, bagaimana yang tidak sadar jika swab antigen itu negatif palsu? Karena hasilnya negatif, maka ia merasa baik-baik saja. Termasuk saya. Karena hasil swab antigen ibu saya negatif, bahkan berulang kali hasilnya negatif, saya jadi lengah.

Selama ini, masyarakat beranggapan kalau deman, batuk pilek hanya dianggap kurang enak badan, masuk angin saja atau kecapean dan lain-lain. Karena itu, mereka masih jalan-jalan, ngobrol, tanpa masker. Persepsi soal sakit inilah yang keliru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun