Keliling-keliling desa menggunakan mobil VW klasik? Wow terbayang serunya kan? Yap, saya, kawan-kawan pemenang blog competition Sound of Borobudur, dan tim Kompasiana berkesempatan mengelilingi desa di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Usai wisata edukasi dan budaya ke tempat pembuatan gerabah di Arum Art, Jumat (25/6/2021), kami pun melanjutkan ke trip berikutnya. Ketika kami keluar, kami sudah disambut dengan deretan mobil VW Safari Classic beraneka warna. Merah, biru langit, putih, ungu, dan orange. Serasa melihat pelangi.
Baca juga:
Mengunjungi Dusun Klipoh, Desa Wisata Perajin Gerabah, Tidak Jauh dari Candi Borobudur
Bentuknya seperti tank tapi lebih pendek. Tudung atau kap mobilnya digulung ke belakang. Begitu pun kaca depannya direbahkan ke depan. Mungkin biar kami dapat merasakan angin berhembus, yang bisa jadi terasa berbeda.
Saya pun memilih warna orange karena ngejreng. Setiap VW diisi oleh tiga penumpang. Saya duduk di depan, dua kawan -- Nurul Mutiara dan Agus Subali, duduk di belakang. Mengikuti formasi saat berkeliling desa menggunakan jeep. Ini aturan saya hahaha...
Saya perhatikan di tiap mobil disediakan caping. Itu lho topi petani berbentuk kerucut sebagai penutup kepala. Tapi di mobil kami tidak ada. Katanya sih, tercecer setelah digunakan wisatawan sebelumnya.
Supir yang membawa kami keliling-keliling  bernama Hari. Sambil menikmati indahnya alam, hamparan sawah yang mash hijau, kearifan lokal sekitar Candi Borobudur, dan melihat aktivitas penduduk setempat, saya mengobrol dengannya.
Katanya, menyewa VW juga ada paket-paketnya. Sama seperti saat menyewa jeep. Ada paket short dengan durasi 2 - 2,5 jam perjalanan menjelajahi desa sekitar Candi Borobudur, mengunjungi obyek wisata plus 1 spot foto di tengah sawah dengan background Bukit Menoreh.
Kalau paket medium dengan durasi 3 - 3,5 jam perjalanan, dan paket long berdurasi 4-5 jam perjalanan dengan 4 kunjugan obyek wisata. Mau pilih paket apa saja yang jelas akan membuat kita kagum terhadap kebesaran Sang Pencipta.
Baca juga: Asyiknya Naik Jeep Keliling Desa Wisata Borobudur
Mobil VW ini jenis Volkswagen 181. Lebih dikenal dengan sebutan VW Camat karena merupakan mobil dinas camat pada masa itu. Mobil ini hadir di Indonesia pada 1973. Wah saya sudah lahir atau belum itu ya?
VW Camat ini bisa dibilang mobil tangguh, karena mobil ini pada jamannya juga kerap digunakan militer Jerman dan menjadi pilihan tepat untuk melewati berbagai kondisi jalan.
Volkswagen Safari ini mungkin sudah jarang terlihat di jalanan Indonesia, namun di tempat-tempat wisata, salah satunya di Magelang, sering terlihat membawa wisatawan keliling desa.
Pokoknya, seru dan asyik, seperti ada sensasi lain. Bisa menikmati keindahan alam pedesaan yang indah dan segar. Menumpangi mobil dinas bekas camat yang jarang banget saya temui, sesuatu yang unik. Terakhir saya naik mobil VW, entah kapan. Lupa.
Katanya, paket wisata VW Safari ini, salah satu paket wisata yang sedang ngehits di Magelang karena diajak mengelilingi desa. Saat berkunjung ke Magelang, kita tentunya lebih sering berwisata ke Candi Borobudur saja.
Ternyata, ada pengalaman wisata seru yang bisa dirasakan. Salah satunya berkeliling desa wisata di sekitar Borobudur sambil naik VW Safari. Soal ini pun, saya juga baru tahu. Hahaha...kasihan banget sih saya. Kudet. Kurang update.
Berwisata ke kawasan Candi Borobudur pun semakin menyenangkan dan tambah berkesan saat dapat menikmati kekayaan budaya dan kearifan lokal di desa-desa sekitar candi.
Sebagai salah satu destinasi prioritas yang dicanangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Candi Borobudur tak hanya menjadi destinasi wisata sejarah.
Candi terbesar di dunia ini dikelilingi oleh lanskap alam yang sangat kaya, serta tradisi dan budaya Jawa yang turun-temurun.
Kami pun mengelilingi desa. Salah satunya Desa Giritengah yang pernah menjadi tempat persinggahan dan persembunyian Pangeran Diponegoro saat peperangan melawan Kolonial Belanda.
"Lha, ini kan tempat kami menginap," kata saya. Angin semilir merasuk ke segala arah saat mobil melaju.
"Oh, nginep di sini ya, Mbak?" tanyanya.
Tour dengan VW Clasic ini mulai ada pada 2016. Ketika itu, komunitas pencinta mobil kuno VW Camat ingin melakukan suatu hal yang bermanfaat. Akhirnya, kini menjadi industri wisata di sekitar Candi Borobudur.
Unik, klasik, jadul, itulah yang menjadi nilai jual VW klasik ini. Bisa dibilang, VW jenis Safari ini menjadi ikon baru yang menambah keberagaman daya tarik Candi Borobudur dan kawasan sekitarnya.
Asyik juga wisata keliling desa Borobudur naik mobil camat. Dengan berkeliling desa, saya menjadi tahu, jika kawasan ini terletak di atas bukit Menoreh yang dikelilingi oleh desa-desa yang masih cukup asri dengan persawahan yang cukup luas.
Saya perhatikan rute perjalanan ini melintasi jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu mobil dan satu motor. Rute itu sengaja diambil untuk mendekatkan wisatawan dengan penduduk desa.
Di tengah jalan, di tepi sawah kami berhenti untuk sekadar berfoto bersama. Atau berhenti di titik yang memiliki pemandangan indah untuk berfoto. Â
Jika saya perhatikan lagi, saya baru menyadari Borobudur dibangun di tengah dataran seperti mangkuk yang dikelilingi oleh pegunungan.
Borobudur sendiri diapit oleh dua pasang gunung kembar dengan ketinggian sekitar 3.000 mdpl. Dua gunung pertama adalah Sindoro dan Sumbing, kemudian Merbabu dan Merapi.
Saya juga jadi tahu aktifitas warga yang tinggal di kawasan ini. Terlebih supir VW Safari ini juga warga lokal. Jadi, ini waktu yang tepat untuk berinteraksi lebih dekat dengan warga lokal. Dan, secara langsung ikut membantu pariwisata lokal.
Meski diterpa badai pandemi Covid-19, dunia pariwisata di Kabupaten Malang terus bergeliat. Sudah bisa ditebak, keberadaan Candi Borobudur menciptakan simpul-simpul pariwisata menarik.Â
Jadi, benar, kan, Sound of Borobudur movement bukan sekedar berbicara mengenai alat musik yang terpahat di relief Candi Borobudur. Juga terkait bagaimana pemberdayaan ekonomi masyarakat tercipta dengan Candi Borobudur sebagai magnetnya.
Hari menyakini, paket wisata mengelilingi desa bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Borobudur. Juga bisa menjadi stimulan masyarakat agar lebih inovatif dan kreatif mengembangkan potensi daerah masing-masing.
Puas menjelajahi desa, kami pun singgah di Warung Makan De'menake untuk bersantap siang. Warung makan ini berkonsep Jawa kuno yang berdiri di antara bangunan joglo sebagai tempat makan di kawasan komplek Semesta Area, Dusun Sangen, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur.
Konsep masakan Jawa ini disajikan secara buffet atau prasmanan. Makanan rumahan. Di samping rumah makan ini terlihat hamparan sawah. Mengenai warung makan ini akan saya kisahkan tersendiri.
Setelah bersantap siang, kami melanjutkan ke trip berikutnya. Mau tahu naik apa? Tunggu kisahnya ya. Pokoknya seru juga deh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H