Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

BPJS Tanggung Pelayanan Kesehatan Jiwa, Begini Prosedurnya

27 Juni 2021   20:47 Diperbarui: 29 Juni 2021   16:25 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Apakah peserta BPJS Kesehatan juga menanggung pengobatan kesehatan jiwa? 

Jawabnya, ya. Karena saya sudah membuktikan dan nyatanya memang sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memberi perlindungan bagi pasien yang perlu perawatan kejiwaan.

Terus terang saya menjadi peserta BPJS Kesehatan baru tiga tahun terakhir ini, sejak saya divonis kanker payudara pada 2018. Karena pengobatan kanker membutuhkan waktu lama dan panjang, saya pun dianjurkan oleh dokter untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. Dan, selama itu pula, saya gunakan untuk pengobatan kanker saya, hingga sekarang.

Lalu saya mencoba menggunakan BPJS Kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan jiwa ketika dalam pengamatan saya, anak pertama saya sepertinya kesehatan jiwanya terganggu.

Saat itu, di awal-awal Februari tahun ini, saya mulai menyadari ada yang bermasalah dengan mental anak saya. Adanya informasi dari wali kelas yang mendapat laporan dari beberapa guru mata pelajaran bahwa anak saya selama 2 minggu tidak hadir di kelas, semakin menyadarkan saya ada yang "tidak beres" di anak saya. 

Selama dua minggu itu, saya memang melihat ada yang aneh dari anak saya. Ia menarik diri dari keluarga, lebih cenderung mengurung di kamar, tidak mau makan, tidak mandi berhari-hari sampai badannya bau, suka marah-marah, terutama kepada adiknya, membangkang, tidak mau bertemu dengan temannya.

Saya pun mulai curiga. Saya kemudian bertanya-tanya padanya. Menurut pengakuannya sih, ia tetap menandatangani daftar hadir tapi tidak menampakkan diri. Anak saya juga tidak mengerjakan tugas-tugasnya.

Setelah bicara dari hati ke hati, saya merasa kesehatan mental anak saya lagi kurang sehat. Saya sampaikan, secara fisik dia baik-baik saja, tapi secara psikis tidak dalam kondisi baik. Karena itu, perlu pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis kejiwaan atau psikiater, bisa juga ke psikolog.

Saya tanya apakah mau berobat ke psikiater atau psikolog? Kalau psikiater, jika dirasa perlu, dokter akan memberikan obat sesuai dengan hasil pemeriksaan. Kalau psikolog, tidak ada resep obat, karena dia memang bukan dokter. Jadi, hanya melayani konsultasi.

"Kakak baik-baik aja kok," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun