Dulu nih, orang-orang malas mendaftarkan diri berkuliah di politeknik. Orangtua juga banyak yang tidak mengarahkan anaknya ke sini.Â
Jangankan politeknik swasta, yang negeri pun enggan. Ya, dulu politeknik (kerap disingkat poltek) dipandang sebelah mata.
Politeknik dulu memang seolah menjadi kelas dua. Baru dipilih ketika tidak lulus masuk perguruan tinggi negeri. Entah itu berlabel universitas, institut, atau sekolah tinggi.
Zaman dulu memang lebih ke gelar minded. Memang pendidikan di politeknik lebih banyak membuka program D1, D2, D3. Artinya, lulus dari politeknik tidak ada gelar kesarjanaan yang disandangnya.
Tidak sedikit yang kurang percaya diri. Tanpa gelar yang benar-benar "gelar" seolah-olah belum sah dinyatakan lulus dari perguruan tinggi.
Padahal lulusan politeknik lebih siap kerja karena memiliki keahlian khusus. Mahasiswanya lebih banyak mempelajari praktek dibanding mempelajari teori.
Politeknik memang bertujuan untuk menyiapkan mahasiswanya agar siap terjun langsung di industri kerja. Itu sebabnya, porsi praktek lebih banyak daripada teori.
Adanya program magang di industri atau perusahaan menambah bekal keahlian si mahasiswa. Biasanya, setelah magang mahasiswa kerap "dibajak" oleh perusahaan tempatnya magang. Jadi, ketika lulus mahasiswa tersebut sudah langsung diterima kerja.
Bandingkan dengan lulusan nonpoliteknik, yang ternyata lebih banyak nganggurnya. Dan, fakta ini tidak bisa dibantah.
Para "penggangguran intelektual" ini harus berkali-kali melamar pekerjaan baru bisa mendapatkan pekerjaan. Terkadang, pekerjaan yang didapatnya pun tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.