Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salat Sunat Gerhana Bulan, Ternyata Begini...

26 Mei 2021   22:03 Diperbarui: 26 Mei 2021   22:17 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamaah Masjid Al Ihsan Permata Depok (dokumen pribadi)

Di dalam Alquran, Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ysn ayat 40, "Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya (orbit)."

Ayat ini menjelaskan terjadinya gerhana adalah ketika matahari, bulan, dan bumi berada di satu garis lurus. 

Jika bulan menghalangi cahaya matahari ke bumi, maka itu adalah gerhana matahari. Jika bumi menghalangi cahaya matahari sampai ke bulan maka disebut dengan gerhana bulan. Itulah fenomena alam yang kadang terjadi.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah." (HR. Bukhari no. 1044).

Ya, sebagaimana diberitakan Rabu (26/5/2021) malam ini terjadi Gerhana Bulan Total yang dapat diamati di seluruh wilayah.
Peristiwa yang disebut juga dengan khusuful qamar itu akan berlangsung sekitar pukul 18.09-20.51 WIB.

Gerhana bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi, sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan. Ketika gerhana bulan total terjadi, posisi Matahari, Bumi, Bulan sejajar sehingga membuat Bulan masuk ke umbra Bumi.

Berkaitan dengan hal ini, umat Islam pun diserukan untuk mengerjakan shalat sunah gerhana bulan. Tidak terkecuali di Masjid Al Ihsan Permata Depok, masjid yang berada di area kompleks perumahaan tempat tinggal saya.

Seusai shalat subuh berjamaah tadi subuh, memang disampaikan akan adanya pelaksanaan shalat sunah gerhana bulan. Shalat sunah 2 rakaat ini dikerjakan usai shalat Maghrib. 

Shalat gerhana bulan dianjurkan dikerjakan secara berjamaah karena Rasulullah SAW mengerjakannya juga dengan berjamaah di masjid. Shalat ini dilakukan tanpa didahului dengan azan atau iqamat. 

Yang disunnahkan hanyalah panggilan shalat dengan lafaz "As-Shalatu Jamiah" sebagaimana terkutip dalam hadist, "Ketika matahari mengalami gerhana di zaman Rasulullah SAW, orang-orang dipanggil shalat dengan lafaz As-shalatu jamiah". (HR. Bukhari).

Seperti biasa, jamaah juga diingatkan untuk memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Jamaah juga sudah harus dalam keadaan berwudhu agar tidak terjadi kerumunan di tempat berwudhu. Selain itu, jamaah membawa sajadah sendiri.

Jamaah Masjid Al Ihsan Permata Depok (dokumen pribadi)
Jamaah Masjid Al Ihsan Permata Depok (dokumen pribadi)
Mendengar pengumuman ini saya pun berniatkan diri untuk shalat gerhana bulan berjamaah. Terlebih seingat saya ya, saya belum pernah shalat sunat ini. Memalukan banget masa saya setua ini belum pernah shalat sunat ini? Ke mana saja saya selama ini? Apa iya saat saya masih anak-anak? Entahlah.

Jadi, ketika adzan Maghrib berkumandang, saya pun mengajak anak kedua saya untuk shalat di masjid. Anak saya juga ingin tahu bagaimana shalat sunat gerhana bulan. Masjid agak ramai. Biasanya di lantai 2 yang khusus jamaah perempuan sepi, kini tidak sesepi biasanya.

Usai shalat Maghrib, pengurus masjid menyampaikan akan melaksanakan shalat sunat gerhana bulan. 

Jamaah pun shalat sunat gerhana bulan. Rakaat pertama, setelah membaca Alfatihah, imam membaca surat yang cukup panjang dengan suara keras, lalu rukuk yang agak lama, lalu I'tidal, tetapi tidak membaca doa I'tidal melainkan membaca Surat Al-Fatihah. 

Setelah itu, imam kembali membaca surat yang agak panjang, kemudian rukuk yang agak lama dengan membaca tasbih, setelah itu I'tidal dengan membaca doa I'tidal.

Lalu sujud dengan bacaan tasbih selama rukuk pertama, sujud, lanjut duduk diantara dua sujud, kemudian sujud kedua dengan bacaan tasbih selama rukuk kedua. Duduk sejenak sebelum bangun untuk mengerjakan rakaat kedua.

Untuk rakaat kedua dilakukan dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Hanya saja letak perbedaannya, pada rakaat kedua pada berdiri yang pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa dan pada berdiri yang kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.

Terakhir salam seperti akhir shalat pada umumnya. Jadi, ada empat kali ruku' dan empat kali sujud dalam dua rakaat.

Wah, ternyata begini shalat sunat gerhana bulan. Anak saya bilang lama. Bagaimana di jaman Rasulullah coba yang biasanya membaca surat yang panjang-panjang.

Selesai? Belum. Setelah shalat sunat gerhana bulan, dilanjutkan dengan khutbah shalat gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa dan dekat kepada Allah, bertaubat dari dosa, dan bersedekah.

Usai shalat sunat gerhana dilanjutkan dengan khutbah (dokumen pribadi)
Usai shalat sunat gerhana dilanjutkan dengan khutbah (dokumen pribadi)
Dalam khutbah itu juga disampaikan kondisi Masjidil Aqsho dan warga Palestina. Mengapa hal ini juga disinggung karena pada jaman Rasulullah ada amalan memerdedakan budak. Yang dalam kondisi kekinian bisa diartikan melakukan pembelaan terhadap kelompok masyarakat yang tertindas.

Khutbah hanya berlangsung sekitar 10 menit dalam hitungan saya. Karena sudah waktunya masuk shalat Isya, dilanjutkan dengan adzan shalat Isya, lalu shalat Isya berjamaah. 

Menurut saya, adanya shalat sunat gerhana ini setidaknya untuk menghapus musyrik dan takhayul. Dulu, ketika saya masih kecil, saat terjadi gerhana selalu disampaikan takhayul yang membuat saya takut. 

Waktu terjadi gerhana matahari, katanya, matahari sedang dimakan Buto Ijo dan kesialan yang datang saat gerhana. Ketika terjadi gerhana bulan, saya juga dilarang untuk menunjuk ke arah bulan kalau tidak ingin jari saya buntung. Saya pun jadi ketakutan. 

Padahal sejatinya gerhana adalah fenomena yang terjadi karena kekuasaan Allah bukan hal mistik atau takhayul. 

Keutamaan shalat gerhana ini sendiri menghadirkan rasa takut kepada Allah dan mempertebal iman atas peristiwa alam yang terjadi. Selain itu, mengingat tanda-tanda kejadian hari kiamat dan takut dengan azab Allah atas dosa-dosa yang dilakukan. 

Wallahu 'alam bisshowab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun