Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Khutbah Salat Idul Fitri 1442 H, Momentum Introspeksi Diri

13 Mei 2021   11:30 Diperbarui: 13 Mei 2021   12:16 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, Kamis (13/5/2021), saya dan keluarga memutuskan untuk shalat Idul Fitri 1442 Hijriah di luar rumah. Suami di area Masjid Al Ihsan Permata Depok, sementara saya dan anak-anak di sekitar jalanan. Permata Depok sendiri berada di kawasan Kota Depok, Jawa Barat.

Sebelum shalat Ied berlangsung, berulang kali pengurus masjid menginformasikan lokasi jamaah laki-laki di masjid dan pelataran masjid, sementara jamaah perempuan di sekitar jalanan atau lapangan.

Diinformasikan pula sudah dalam keadaan berwudhu, memakai masker, membawa sajadah sendiri, dan menempati posisi yang sudah diberi tanda. Jamaah juga diminta untuk sering-sering mencuci tangan. 

Usai shalat, jamaah diminta untuk bergiliran meninggalkan tempat shalat untuk menghindari terjadinya kerumunan. Tidak ada jabat tangan apalagi cipika cipiki alias cium pipi kiri cium pipi kanan. 

Saya perhatikan, area jalan Permata Depok jamaah perempuan cukup mengular, belum lagi di area jalan di beberapa sektor. Mungkin karena jarak antarjamaah cukup berjarak, maka jamaah terlihat mengular.

Ini menjadi shalat idul fitri pertama selama pandemi Covid-19. Tahun lalu, saya dan keluarga shalat idul fitri di rumah dengan suami yang menjadi imam. Saat itu, Covid-19 awal-awalnya mewabah.

Selesai shalat idul fitri dua rakaat, dengan rakaat pertama 7 kali takbir dan rakaat kedua 5 kali takbir, lalu dilanjutkan dengan kutbah idul fitri, yang entah disampaikan oleh ustadz siapa. Sebenarnya disebutkan namanya, tapi saya lupa.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dalam panduan yang dirilis Kementerian Agama (Kemenag), khutbah Idul Fitri 2021 dilakukan secara singkat dengan tetap memenuhi rukun khutbah, paling lama 20 menit. 

Dalam kutbahnya, ustadz meminta kita untuk merenungi dan introspeksi diri atas segala peristiwa yang terjadi. Untuk selalu memperhatikan kejadian-kejadian di muka bumi sebagai pembelajaran atau mengambil hikmah atas peristiwa tersebut. 

Dalam Alquran, Allah SWT menggambarkan, sesungguhnya berbagai ujian Allah berupa musibah yang ditimpakan kepada umatNya, tujuannya agar kita melakukan introspeksi diri (muhasabah).

Berkaca dari berbagai peristiwa yang ada, sudah selayaknya kita melakukan introspeksi dan evaluasi diri. Apakah semua perbuatan yang kita lakukan itu benar di sisi Allah, atau justru perbuatan itu jauh dari ridha-Nya? Atau bahkan mendustakan Allah?

"Katakanlah (Muhammad), "Jelajahilah bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu". (Al-An'am: 13)

"Katakanlah (Muhammad), "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa." (An-Naml: 69)

Ustadz juga mengajak kita untuk selalu bersabar dan bersyukur dalam situasi apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Sabar dan syukur adalah dua senjata bagi seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan di dunia. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Jika kita tidak menghiasi diri kita dengan sifat sabar dan syukur dalam situasi seperti ini, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kerisauan, kepenatan, kesusahan, dan kesedihan. 

Sebaliknya, jika kita tanamkan sabar dan syukur dalam hati kita, maka kita akan meraih ridha Allah dan pahala yang besar di kehidupan akhirat.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun." (Al-Baqarah: 155-156).

Ketika selama sebulan mampu menuntaskan puasa ramadhan, seharus kita mampu menjalani segala ujian yang menimpa kita. Belajar pada peristiwa-peristiwa sebelumnya. 

Setelah berpuasa selama sebulan penuh, hendaknya ajaran nilai-nilai keshalihan individual dan nilai-nilai keshalihan sosial tetap melekat pada diri kita, sehingga kita pun benar-benar kembali ke fitrah.

Penting bagi kita untuk menginstropeksi diri apa saja yang sudah ditingkatkan selama bulan Ramadhan dan apa saja yang masih belum. Kendati Ramadhan telah usai, namun kebaikan-kebaikan yang dilakukan selama bulan ramadhan sebisa mungkin tetap bisa dijalankan.

Idul Fitri di tengah pandemi ini juga menjadi media pembelajaran bagi kita untuk benar- benar menjadi manusia yang tidak hanya saleh secara pribadi,  tetapi juga sholeh secara sosial yang akhirnya akan mengantarkan menjadi hamba Allah yang sejati.

Di pengujung kutbah, ustadz mengajak kita untuk mendoakan saudara-saudara kita di Palestina dan memohonkan kepada Allah untuk memberikan pertolongan kepada mereka khususnya, juga kepada kaum muslimin dan muslimat lainnya di dunia.

Demikian laporan pandangan mata saya. 

Wallahu 'alam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun