Ketika berada di sini, terlihat setiap ruangan memiliki layar interaktif dan beberapa koleksi sejarah perpustakaan di Indonesia. Ruangan-ruangan tersebut juga menampilkan perjalanan kepustakaan Indonesia.
Mulai dari sejarah masuknya literasi di zaman penjajahan, replika asli perpustakaan sepeda keliling, hingga aksara kuno yang menjadi cikal bakal bahasa daerah di Indonesia.
Sebagian besar ruangan yang ada di bangunan ini berisikan hal-hal yang antik (old style) yang dijadikan  tempat pameran dan instalasi seni.
Lobi utama gedung ini luas dan terlihat modern. Di sini, terlihat lukisan para pahlawan serta mantan presiden RI. Ada rak buku super besar juga yang seolah-olah menyambut kami.Â
Rak buku ini tingginya mencapai langit-langit. Jika mata kita mengikuti tingginya rak buku, kita akan melihat peta Indonesia tepat di langit-langit Perpusnas. Mengagumkan.Â
Di bawah rak buku raksasa ini, terlihat deretan sofa yang disediakan bagi pengunjung yang ingin menikmati buku-buku pinjaman dari perpustakaan, menunggu kawan, atau sekadar rehat sebentar sebelum mengelilingi seluruh isi perpustakaan.
Jadi, di sini bayangan perpustakaan yang tidak menarik, tua, dan membosankan terpatahkan dengan sendiri. Fungsi gedung di sini bukan hanya untuk membaca buku saja, tapi juga mencari referensi saat  mengerjakan tugas, diskusi, seminar,  atau sekedar mencari ide.
Dulu, ketika Perpustakaan Nasional berada di Jalan Salemba, saya sering ke sana, Â meski dalam rangka urusan pekerjaan. Jika dibandingkan dengan Perpuspas yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober 2017 ini, Â jelas tampilannya jauh berbeda. Lebih ke arah milenial. Â