Dear diary,Â
Kata teman-teman, saya termasuk perempuan tangguh. Penilaian ini muncul karena mereka melihat saya kuat menghadapi vonis terkena penyakit kanker. Penyakit yang identik dengan kematian.
Mereka heran dan bertanya-tanya mengapa saya terlihat begitu santai ketika terkena penyakit ini. Terlebih sudah dalam stadium tiga. Tidak semua perempuan kuat menghadapi ujian ini. Ada yang meratapi diri, tidak sedikit mengambil jalan pintas.
Meski saya terkena kanker, saya masih bisa bekerja, beraktivitas, dan mengurus keluarga saya. Padahal, dalam bayangan mereka, saya itu akan lemah, tidak bisa ke mana-mana, dan terkapar di kasur. Seperti yang selama ini kerap mereka dengar.
Bayangkan saja, sebelum operasi pengangkatan payudara, saya masih sempat beberapa kali ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Apakah saya tidak stress nantinya? Begitu kekhawatiran teman-teman.
Beberapa hari usai operasi, saya masih bisa mengurus anak pertama saya masuk SMP negeri dan mencari sekolah swasta untuk berjaga-jaga jika tidak diterima di SMP negeri.
Itu dalam kondisi alat penampung darah bekas operasi masih menggantung. Bentuknya bulat seperti wadah CD dengan selang kecil yang menyambung ke area bekas operasi.
Alat itu disebut dengan drain, yang berfungsi untuk mengalirkan cairan dan darah dari area operasi agar tidak terjadi penumpukan cairan atau darah di bawah kulit serta mencegah terjadinya pembengkakan di area bekas operasi.
Saya juga masih bisa mengurus dua anak saya yang lain dengan membeli peralatan sekolah yang diperlukan di tahun ajaran yang baru. Termasuk seragam sekolah karena yang sebelumnya sudah sempit.
Setelah operasi saya harus menjalani radioterapi selama sebulan di RSCM setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Dan, Â itu saya jalani sendirian tanpa didampingi suami atau keluarga saya yang lain.