Saya sudah beberapa kali berkunjung ke Nusa Tenggara Timur (NTT), baik dalam rangka urusan pekerjaan maupun perjalanan pribadi. Jadi, bagi saya ada kenangan tersendiri di sana. Jika mendengar kata NTT memori saya langsung menyeruak ke sana.
Begitu halnya ketika saya mendengar musibah melanda NTT dan sekitarnya. Ya, badai siklon Serojo pada Minggu (4/4/2021) sudah meluluhlantakkan wilayah itu. Banjir melumat rumah-rumah warga, angin topan memporakporandakan bangunan-bangunan.
Kebetulan saya punya teman dekat di sana. Dia tinggal di BTN Kolhua, Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.Â
Saya pikir wilayah tempat tinggalnya aman karena berada di kota, ternyata terdampak juga. Meski demikian, Alhamdulillah kawan saya dan keluarganya dalam kondisi selamat dan baik-baik saja.
"Alhamdulillah baik. Setelah melewati puncak badai siklon yang dahsyat. Alhamdulillah juga rumah baik. Ada yang patah sih, tapi sedikit," katanya membalas pesan saya, kemarin, Rabu (6/4/2021).
Kawan saya bercerita, badai siklon seroja ini baru pertama kalinya. Jadi, badai serupa belum pernah terjadi. Seingatnya fenomena ini suatu yang langka mengingat pertama kalinya di Indonesia.
Kebetulan kawan saya ini putera daerah asli NTT. Lahir, bersekolah, besar, hingga membina rumah tangga dan dikaruniai dua anak lelaki, ya di sana.
Sejak badai itu melanda NTT, sejak Minggu (4/4/2021) malam, listrik padam. Dan kebetulan saat itu handphone kurang daya sehingga tidak bisa banyak merekam kondisi dan keadaan saat kejadian.
Cuaca mulai cerah pada Rabu (6/4/2021) dini hari. Jaringan selular juga baru pulih sekitar pukul 2 siang meski tidak stabil dan belum merata. Sementara puncak badai berhenti pada pukul 2 dini hari.
Kawan saya menjelaskan badai siklon seroja itu badai yang disertai hujan deras dengan durasi yang cukup lama. Badai yang berupa angin topan itu merubuhkan pohon-pohon dan menhancurkan rumah-rumah. Atap-atap rumah beterbangan dan kanopi terangkat.
"Lumayan parah. Beberapa rumah tetangga malah rusak parah. Kalau rumah saya Alhamdulillah masih bisa dibilang baik. Isteri dan anak-anak Alhamdulillah dalam kondisi baik," katanya lagi.
Meski kondisinya cukup parah, kawan saya melihat secara umum masyarakat bisa menerima keadaan ini. Masyarakat juga saling membantu. Terkait bantuan, sejauh ini ia belum mendapatkan informasi lebih detil.
"Alhamdulillah sejak kemarin sore sudah cerah. Hari ini juga cerah. Badai sudah berlalu, tapi kegiatan perkantoran dan sekolah ditiadakan," katanya.
Kawan saya melaporkan akibat siklon tropis Seroja menimbulkan bencana banjir, longsor, dan angin kencang. Meskipun badai telah berlalu dan akses jalan mulai dapat dilewati, namun warga Kota Kupang mulai kesulitan air bersih karena air PDAM keruh.
Berdasarkan informasi yang didapatnya, lokasi terdampak di NTT ini ada 10 kabupaten di antaranya Lembata, Flores Timur, Alor, Kupang, Malaka Tengah, Ngada, Ende, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan, dan Kota Kupang.
Kawan saya yang lain, Christian, juga terdampak bencana badai siklon Seroja. Rumahnya yang di wilayah pinggiran Kota Kupang, yang tidak begitu jauh dari Bandara El Tari Kupang, diterjang badai.
"Tidak semua rumah rusak parah, tapi semua rumah di sini terkena badai. Meski tidak rusak parah, tetap saja membuat kami kesulitan untuk berteduh. Belum lagi kekurangan air bersih," katanya membalas pesan wa saya.
Sejauh ini sih dia dan masyarakat sekitar dalam kondisi baik-baik saja. Belum ada keluhan sakit. Dia berharap kondisi kesehatan masyarakat tidak terganggu. Terlebih di saat pandemi Covid-19 di NTT, khususnya di Kota Kupang, juga belum berakhir.
"Semoga semuanya baik-baik saja Mbak dan tidak terjadi hal yang mengkhawatirkan," katanya, Rabu (7/4/2021).
BMKG sebagai Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) sebenarnya sejak 2 April 2021 telah mendeteksi adanya Bibit Siklon Tropis 99S. Bibit siklon ini mulai terbentuk di sekitar Laut Sawu, NTT.
Atas deteksi ini, BMKG telah menginfokan potensi cuaca ekstrem sebagai dampak dari bibit siklon tersebut sejak 2 April 2021.
Diinformasikan, keberadaan bibit siklon tropis 99S bisa menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem yang signifikan. Hujan sangat lebat, angin kencang, gelombang laut tinggi, dan berdampak pada terjadinya bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah di NTT.
Berdasarkan analisis di laman resmi BMKG, disebutkan pada 4 April 2021 jam 19.00 WIB, bibit siklon tropis 99S berada di posisi Perairan Kep. Rote, Nusa Tenggara Timur, 10.3LS, 123.5BT (sekitar 24 km sebelah barat daya Kupang) dengan arah pergerakan sistem ke arah Timur hingga timur laut dengan kecepatan 3 knots (6 km/jam) bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya adalah 30 knots (55 km/jam) dengan tekanan di pusat sistemnya mencapai 996 hPa. Intensitas Bibit Siklon Tropis 99S masih menguat dan mencapai intensitas siklon tropis pada dini hingga pagi hari (6-12 jam ke depan) sekitar jam 18 UTC atau 01.00 WIB pada 5 April 2021.
Siklon Tropis Seroja adalah sistem tekanan rendah yang sering disebut dengan badai yang disertai kecepatan angin maksimum lebih dari 34 knot dan pertumbuhan awan hujan yang masif di sekitarnya.
Sebelum menjadi siklon tropis seroja, masih berupa bibit siklon tropis 99S yang kemudian berubah menjadi siklon tropis karena kecepatan angin telah melewati 35 knot yang merupakan ambang batas siklon.
Siklon tropis seroja atau bibit 99S inilah yang menjadi penyebab cuaca ekstrem dan banjir yang terjadi di wilayah NTT saat ini.
Dampak dari siklon tropis seroja, yakni potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat disertai kilat/petir serta angin kencang di wilayah NTB dan NTT.
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan umumnya badai sikon yang terjadi di Indonesia tidak masuk ke daratan. Namun kenyataannya, badai Seroja malah masuk ke daratan dalam kekuatan pusaran yang cukup tinggi.
"Jadi sebelah kiri Seroja, saat terbentuk sudah masuk di Kupang. Dan merahnya yang kuat, yang pusaran tinggi kecepatannya berada di darat. Bayangkan kecepatan pusarannya 85 km per jam. Ini yang baru pertama kali terjadi di Indonesia," katanya melalui saluran Youtube Setpres, Selasa (6/4/2021).
Sebelumnya, BMKG pernah mencatat adanya badai terkuat yakni Siklon Cempaka tapi hanya terjadi di perairan sehingga tidak berdampak pada daratan. Hanya bagian kecil yang sempat masuk ke daratan.
BMKG mencatat fenomena badai siklon tropis terjadi sekitar 2 hingga 4 tahun sekali. Seperti pada 2008, 2010 dan 2014. Tapi sejak 2017, badai siklon tropis terjadi setahun sekali, bahkan bisa setahun dua kali.
Mengapa di tanahku terjadi bencana,
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang (lagu Berita Kepada Kawan, Ebiet G Ade).