Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Anggap Remeh Si Kecil yang Tidak Cocok Susu Sapi

5 April 2021   19:54 Diperbarui: 5 April 2021   20:13 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersyukurlah jika si kecil cocok dengan susu sapi. Tapi tidak semua anak cocok susu sapi, bahkan ada yang alergi. Ini adalah salah satu jenis alergi yang paling banyak dialami anak, selain alergi telur.

Data dari klinik anak di RS Cipto Manungkusumo Jakarta tahun 2012 menunjukkan, sebanyak 31 persen dari pasien anak alergi terhadap putih telur dan 23,8 persen alergi susu sapi.

Pemicu alergi atau alergen untuk anak yang mengalami alergi susu sapi adalah kasein dan whey, protein yang ada di dalam susu sapi. Jika anak sudah terdiagnosa alergi terhadap susu sapi, maka kondisi tersebut harus segera diatasi.

Nah, kita sebagai orangtua jangan anggap remeh masalah ini karena ternyata bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. Jika tidak, akan menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan. Tidak saja terjadi pada si kecil tetapi juga pada keluarga dan masyarakat.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokter gizi Prof. DR. Dr. Saptawati Bardosono, MSc, menyampaikan, anak yang tidak cocok susu sapi berpotensi memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kekurangan zat besi. Padahal, zat besi adalah salah satu nutrisi penting untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi kognitif si Kecil.

"Dampak buruk akibat kekurangan zat besi seperti prestasi akademik yang menurun, mudah terserang penyakit, gangguan permanen pada sistem motorik dan sensorik, serta pertumbuhan fisik yang terhambat," jelasnya.

Ia menyampaikan hal itu saat berbicara pada webinar Festival Soya Generasi Maju, Pentingnya Kombinasi Unik Zat Besi dan Vitamin C untuk Dukung Si Kecil yang Tidak Cocok Susu Sapi Tumbuh Maksimal", Rabu (31/3/2021), yang diselenggarakan Sarihusada.

Dikatakan, gejala yang muncul dari kondisi anak yang tidak cocok susu sapi bisa berbeda-beda pada setiap anak. Tetapi umumnya berupa ruam merah yang gatal, bengkak, bersin-bersin, pilek, batuk, mata berair, sakit perut, muntah atau diare.

Pemaparan Prof. DR. Dr. Saptawati Bardosono, MSc (Dokumen pribadi)
Pemaparan Prof. DR. Dr. Saptawati Bardosono, MSc (Dokumen pribadi)
Karena itu, anak yang tidak cocok susu sapi tetap harus dipenuhi asupan nutrisi seimbang untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Termasuk di dalamnya kebutuhan akan zat besi.

Dengan mencukupi kebutuhan zat besi pada si Kecil, diharapkan dapat mendukung tumbuh kembang yang maksimal. Adanya pembatasan makanan yang tidak tepat pada si Kecil yang tidak cocok susu sapi dapat menyebabkan asupan nutrisi zat besi tidak adekuat.

Menurutnya, tidak hanya zat besi saja yang dibutuhkan Si Kecil. Kombinasi zat besi dan vitamin C dengan rasio yang sesuai dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh si Kecil. Karena itu, penting untuk memberikan si Kecil sumber nutrisi yang kaya akan kedua nutrisi tersebut.

Sumber makanan yang mengandung zat besi dapat diperoleh misalnya pada daging merah, ayam, ikan, sayuran dan bisa juga dilengkapi dengan susu berbasis Isolat Protein Soya yang mengandung zat besi dan Vitamin C agar ia bisa tetap tumbuh maksimal.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(K), M.Kes, menjelaskan alergi susu sapi adalah bentuk respons sistem imun tubuh yang berlebihan (hipersensitivitas) terhadap protein susu sapi.

Alergi susu sapi ini sering kali terjadi pada anak yang memang sudah memiliki bakat alergi atau atopi yang diturunkan orangtua. Jika ada salah satu orangtua yang memiliki alergi, dia akan menurunkannya sebanyak 40 persen pada anak.

Sementara, jika kedua orangtua alergi, 60 persen akan menurun ke anak. Dan jika kedua orangtua memiliki alergi yang sama, akan menurun ke anaknya sebanyak 80 persen.

Meski kondisi ini tidak berbahaya bagi orang lain, namun kondisi si Kecil yang tidak cocok susu sapi bisa membuatnya rentan mengalami kekurangan nutrisi penting, salah satunya zat besi.

Adanya pembatasan jenis asupan makanan yang tidak sesuai, serta adanya risiko inflamasi pada saluran cerna, dapat menyebabkan si Kecil tidak memperoleh kecukupan asupan nutrisi penting.

Prof. Budi menegaskan permasalahan anak yang tidak cocok susu sapi ini tidak bisa diremehkan mengingat dampaknya berimbas pada tumbuh kembang anak. Terutama pada usia di awal kehidupannya. Karena itu, penting untuk memastikan nutrisi yang tepat dan adekuat pada awal kehidupan si Kecil, terutama bagi yang tidak cocok susu sapi.

Alergi yang tak segera diatasi dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi, dan penyakit jantung. Bisa juga mengalami kekurangan nutrisi (malnutrisi) karena tingginya kebutuhan dietnya terhadap makanan.

Selain itu, bisa memicu dampak psikologis pada anak, seperti stres. Stres tidak hanya dialami oleh anak tetapi juga orangtua. Selain karena memikirkan kondisi keuangan, orangtua juga memikirkan tumbuh kembang anak yang tidak optimal.

Untuk mencegah jangan sampai terjadi dampak-dampak yang tidak diinginkan, Prof. Budi menyarankan orangtua mampu mengenali gejala alergi susu sapi sedini mungkin dan mengonsultasikannya dengan dokter. Hindari mendiagnosa, mengobati atau mengambil tindakan sendiri.

"Di sini, peran penting orang tua khususnya Bunda sangat diperlukan untuk tetap tanggap dalam penanganan kondisi si Kecil. ASI menjadi yang terbaik bagi si Kecil yang tidak cocok susu sapi, segera konsultasikan dengan dokter anak untuk dapat diagnosa dan penanganan yang tepat," tegasnya dalam kesempatan yang sama.

Orangtua tidak perlu khawatir bagaimana memenuhi nutrisi buat si Kecil yang tidak cocok susu sapi. Karena saat ini terdapat beberapa pilihan pengganti protein susu sapi seperti protein terhidrolisa ekstensif atau asam amino atau juga Isolat Protein Soya yang sesuai dengan saran dokter.

Prof Budi menjelaskan, sejumlah penelitian telah membuktikan pola pertumbuhan, kesehatan tulang dan fungsi metabolisme, penyerapan zat mineral tubuh, fungsi saraf, serta fungsi hormonal dari anak-anak yang mengonsumsi Isolat Protein Soya tidak berbeda dengan anak-anak yang mengonsumsi susu sapi.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Lantas, bagaimana kita bisa mengenali si Kecil mengalami alergi susu sapi?

Senior Brand Manager SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx, Anggi Morika Septie, mengajak para ibu untuk Tanggap Alergi dengan gerakan 3K+. Ini adalah menyempurnakan gerakan 3K sebelumnya.

Sebelumnya gerakan 3K yaitu kenali gejalanya, konsultasikan ke dokter melalui telepon atau online agar si Kecil mendapat penanganan yang tepat, dan kendalikan faktor penyebab tidak cocok susu sapi dengan alternatif nutrisi yang tepat.

Kini, ditambah dengan kembangkan dan asah potensi prestasi si Kecil dengan stimulasi yang tepat agar ia tumbuh maksimal dan siap jadi anak generasi maju.

Edukasi mengenai hal ini juga disampaikan dalam 'Festival Soya Generasi Maju' (berakhir pada 3 April 2021). Program ini untuk mendukung orangtua dalam mencegah dan menangani kondisi tidak cocok susu sapi pada si Kecil dan mengatasi risiko kekurangan zat besi agar tumbuh kembangnya tetap maksimal.

"Dari festival ini diharapkan para Bunda dapat semakin tanggap dalam menangani kondisi tidak cocok susu sapi yang disertai risiko kekurangan zat besi pada si Kecil serta dapat memenuhi kebutuhan nutrisi lengkap dan seimbang agar si Kecil bisa tetap tumbuh maksimal dan siap jadi anak generasi maju," katanya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Artis Natasha Rizky, salah satu ibu yang menerapkan gerakan 3K+ ketika menghadapi anak yang mengalami alergi susu sapi. Ia dan sang suami, presenter Desta, melihat putri keduanya menunjukkan gejala alergi seperti timbul bintik merah, baruk-batuk, dan bersin-bersin yang membuatnya menjadi rewel.

Saat mengetahui tentang tingginya risiko kekurangan zat besi pada anak yang tidak cocok susu sapi, ia dan suami menjadi lebih berusaha untuk ekstra tanggap terhadap gejala yang muncul, rutin berkonsultasi dengan dokter, dan mengendalikan gejala tidak cocok susu sapi.

Ia sempat khawatir, namun setelah mendapatkan penanganan yang tepat, putrinya kini sudah bisa beraktivitas seperti anak lainnya.

"Anak kami, Miskha konsumsi nutrisi alternatif yang tepat. Hadirnya alternatif solusi nutrisi berbasis Isolat Protein Soya yang diperkaya dengan kombinasi zat besi dan Vitamin C membantu saya sebagai orang tua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil yang tidak cocok minum susu sapi," katanya.

Dengan terpenuhinya nutrisi si Kecil, ia jadi bisa mengembangkan potensinya melalui berbagai stimulasi. Sekarang Miskha bisa belajar, bermain dan melakukan aktivitas yang ia sukai dengan nyaman karena gejala tidak cocok susu sapinya tidak muncul lagi.

"Dulu aku melihatnya kasihan, kelihatan dia tidak nyaman banget. Sekarang dia sudah bisa beraktivitas, mulai nyaman, belajar, dan bermain dengan nyaman seperti anak lainnya. Miskha bisa tumbuh maksimal seperti anak lainnya," katanya dengan senyum bahagia.

Hadir juga dalam kesempatan ini artis Revalina S Temat dan Joanne Alexander yang berbagi cerita bagaimana menghadapi anak yang alegi susu sapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun