Tas saya juga digeledah, harus menunjukkan identitas diri. Pokoknya, cukup ketatlah. Nah, bagaimana dengan perempuan itu. Ini Mabes lho, bukan kantor polisi biasa.
Begitu juga ketika ke Istana Presiden. Pemeriksaannya malah lebih ketat lagi.
Jadi, logika saya, kalau akhirnya perempuan itu bisa memasuki Mabes Polri (dan tempat-tempat vital lainnya), berarti dia sudah melewati pemeriksaan yang begitu ketat dan digeledah. Jadi, secara logika saya tidak mungkin juga kan dia bawa senjata?
Karena memang selama ini siapapun tamu yang akan memasuki Mabes Polri akan diperiksa secara ketat. Jadi, rasanya tidak mungkin bisa masuk orang yang membawa senjata api, senjata tajam, bom dan sebagainya.
Dan, ini yang menjadi pertanyaan kawan-kawan saya di group. Kok bisa ya? Aneh bin ajaib. Ada apa gerangan? Apakah ada pengalihan isu yang lebih besar lagi?
Di sisi lain, saya tidak habis pikir, mengapa ada yang mau nekad melakukan aksi "bunuh diri" itu. Perempuan, masih muda (kelahiran 1995) yang statusnya disebutkan sebagai pelajar/mahasiswi. Sangat disayangkan.Â
Bukankah seorang mahasiswa itu biasanya berpikiran kritis? Kalau ada yang tidak sesuai dengan logika selalu dikritisi. Jadi, ke mana logikanya?
Semoga pertanyaan-pertanyaan saya ini, yang mungkin juga menjadi pertanyaan-pertanyaan orang lain, bisa terjawab dengan terang benderang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H