Bahkan Balitbangtan sudah berhasil melepas varietas Porang Madiun 1 pada 2020 untuk mendukung ketersediaan benih porang nasional, sekaligus melakukan identifikasi dan observasi untuk porang-porang unggul lainya.Â
"Alhamdulilah kami juga telah menemukan formula percepatan bibit Porang yang lebih canggih lagi. Target kami tahun ini punya 10 juta benih. Terlebih kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan kebutuhan pangan fungsional juga meningkat," katanya.
Ke depan, Balitbangtan sedang menyiapkan sistem pengolahan pasca produksi seperti pengelolaan sistem porang untuk selanjutnya dijadikan tepung maupun chips. Karena, kalau sudah diolah nilai jualnya juga tinggi.Â
Hadir dalam kesempatan ini peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr Heny Herawati yang menguraikan aspek paspcapanen.Â
Ia menjelaskan, porang tidak hanya dapat diolah menjadi glukomanan, namun dapat juga dikembangkan menjadi aneka produk prospektif lain yang dapat dikembangkan oleh kelompok tani.
"Nilai tambah ekonomi tepung porang akan bertambah tinggi jika diolah melalui teknologi pascapanen yang tepat. Sayangnya, porang lebih banyak diekspor dalam bentuk basah. Padahal, harga tepung porang mencapai Rp200 ribu -- Rp300 ribu per kg atau 15 -- 25 kali lipat dari harga porang basah," tuturnya.
Dikatakan, umbi porang tidak dapat dikonsumsi langsung, karena memiliki kandungan kristal kalsium oksalat yang cukup tinggi, sehingga dapat menyebabkan rasa gatal. Karena itu, diperlukan pengolahan pascapanen untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan oksalat dalam umbi.Â
Porang adalah salah satu kekayaan hayati umbi-umbian Indonesia. Sebagai tanaman penghasil karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan. Karbohidrat merupakan komponen penting pada umbi porang yang terdiri atas pati, glukomannan, serat kasar dan gula reduksi.
Umbi porang yang telah melalui proses pascapanen dapat diolah menjadi sejenis makanan tradisional Jepang berupa mie (shirataki) dan sejenis tahu (konyaku). Bagi orang Jepang dan China, makanan utama mereka bukanlah beras atau gandum, tapi konjak atau porang.