"Adanya infeksi TB di luar paru dapat diketahui menggunakan kit radiofarmaka etambutol ini. Kit radiofarmaka etambutol ini digunakan di rumah sakit-rumah sakit yang telah memiliki fasilitas kedokteran nuklir," terang dokter spesialis kedokteran nuklir RS Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat, ini.
Di rumah sakit, sediaan ini digunakan setelah ditambahkan larutan mengandung zat radioaktif Tc-99m, selanjutnya diberikan kepada pasien melalui pemberian intravena (pembuluh darah balik).Â
Kemudian pasien berbaring di tempat tidur yang di atasnya ditempatkan alat kamera gamma (SPECT-CT) yang akan menangkap sinar gamma yang dipancarkan dari radionuklida Tc-99m dari dalam tubuh atau dari bagian tubuh yang terinfeksi TB, yang ditandai dengan Tc-99m EB yang terkumpul di area infeksi tersebut.
"Etambutol bertanda Tc-99m akan terakumulasi di dalam jaringan yang terinfeksi bakteri TB sehingga keberadaan infeksi tersebut dapat diketahui melalui pemindaian/scanning menggunakan kamera gamma," terangnya.
Melalui kamera gamma inilah dapat ditelusuri lokasi infeksi TB di dalam tubuh pasien dan divisualisasi pada layar komputer. Dokter dapat mengetahui dengan cepat dan akurat, sehingga dapat menemukan tindakan medis selanjutnya.
Penyakit akibat infeksi telah menghabiskan dana yang sangat besar untuk pengendalian dan penanggulangannya. Angka kematian akibat penyakit ini juga cukup besar.Â
Hal ini dapat dicegah jika dilakukan diagnosa yang cepat dan tepat serta didukung oleh penanganan yang efektif dan efisien. Salah satunya melalui pengembangan teknik deteksi berbasis nuklir.
Direktur Registrasi Obat BPOM Dr. dra. Lucia Rizka Andalusia, mengatakan, sebelum mendapatkan izin edar, produk ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan serangkaian pengujian klinik, yang dalam hal ini di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.Â
"Data data hasil uji klinik yang sangat mendukung berhasil diperoleh dari kegiatan uji klinis ini. Data hasil uji klinis ini sangat diperlukan dalam proses registrasi di BPOM selain data proses produksi dan kendali kualitas produk," jelasnya.
Pada akhirnya pada 22 Februari 2021 kit radiofarmaka etambutol mendapatkan izin edar dengan nomor DKL 2112432144A1.Â
Direktur Utama PT Kimia Farma Apotek, Imam Faturrahman, mengatakan, selama proses pengembangan ini, tim peneliti BATAN dipandu oleh tim pengembangan produk PT Kimia Farma yang telah memiliki daftar dokumen dan data yang diperlukan untuk proses registrasi produk ke BPOM.Â