1. Tidak pernah memarahinya
Seingat saya, saya sangat jarang memaharahi si mbak sekalipun ada barang yang pecah atau pakaian saya yang rusak atau cuci piring yang kurang bersih.
Pun jika seterikaannya tidak rapi. Karena saya sudah merasakan yang namanya menyetrika itu amat melelahkan. Saya hanya memberitahukannya saja dengan halus.
"Mbak, coba lihat deh piringnya, ini masih kotor," kata saya sambil mencuci piring yang terlihat kurang bersih.
2. Ada hari libur
Si mbak tidak menginap atas keinginannya. Minggu dan hari libur nasional adalah hari liburnya. Biar nanti dia kembali fresh saat bekerja. Kecuali kalau keadaan terdesak, saya akan memintanya masuk. Tentu saja ada fee yang harus saya bayarkan.
3. Menjadi pendengar yang baik
Mungkin karena sudah merasa seperti keluarga, si mbak suka cerita hal-hal tentang keluarganya tanpa diminta. Saya pun menyimak apa yang diceritakannya, meski dengan sambil makan atau mengetik.
Bercerita bagaimana keponakannya yang ditinggal pergi isterinya atau tentang kakaknya yang tengah sakit atau peristiwa kejahatan yang terjadi di wilayah tempat tinggalnya atau hal lainnya.
4. Menanyakan kabar
Suami juga selalu menanyakan kabar si mbak termasuk keluarganya. Terkadang suami juga mengantarnya pulang dengan naik motor. Sering juga memberinya uang untuk keponakan-keponakannya yang masih kecil.
5. Memberinya uang saat dibutuhkan
Ketika si mbak butuh uang, ia suka bilang ke saya. Biasanya dengan kata-kata "saya boleh pinjem duit nggak, bu, nanti dipotong gaji."Â
Biasanya saya kasih, bukan pinjam. Apalagi uang yang dibutuhkannya juga tidak banyak. Tidak sampai 500.000. Tapi tidak sering juga sih mbak "pinjam uang".
6. Memperhatikan kesehatannya
Ketika si mbak sakit, suami memberinya uang untuk membeli obat atau suami membeli sendiri meski untuk berobat dia tidak perlu membayar karena sudah dicover BPJS Kesehatan.Â