Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

GeNose C19, Alat Pendeteksi Covid-19, Segera Dipakai di Masjid untuk Ibadah Ramadan

21 Maret 2021   08:01 Diperbarui: 21 Maret 2021   08:52 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan puasa Ramadan tinggal menghitung hari. Umat Islam pun bersiap-siap menyongsongnya. Apakah bulan Ramadhan tahun ini akan seperti tahun lalu? Melakukan ibadah di rumah saja? Apakah umat muslim masih dilarang untuk beribadah di masjid?

Sabtu (20/3/2021) kemarin, saya mendapat informasi yang cukup melegakan. Pengurus Majelis Taklim Masjid Al Ihsan Permata Depok, menginformasikan bahwa pemerintah memberikan kelonggaran umat Muslim untuk beribadah di masjid.

"Tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun di air mengalir atau dengan hand sanitizer, menjaga jarak, menghindari kerumunan," tegas dr. Salma, yang juga petugas Satgas Covid-19 Kelurahan Pondok Jaya, sebelum kajian seputar darah haid dimulai.

Jadi, kami, para muslimah bisa shalat tarawih di lantai 2 masjid. Sementara, para lelaki di lantai bawah. Untuk berbuka puasa di masjid juga diadakan. Hanya, untuk i'tikaf atau bermalam di masjid pada 10 hari terakhir puasa, ditiadakan. Jadi, tidak ada agenda i'tikaf.

Betulkah pemerintah sudah memberikan "lampu hijau" untuk pelaksanaan ibadah Ramadhan di masjid yang berpotensi memunculkan kerumunan? Saya mencoba mencari informasi seputar ini di google tidak saya temukan. 

Saya cari di web resmi Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia, juga tidak ditemukan. Berulang kali saya mencarinya, dengan berbagai kata kunci, informasi yang saya cari masih minim.

Ada sih pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh. Ia membenarkan, pemerintah telah memberikan kelonggaran untuk menjalankan ibadah yang menimbulkan kerumunan. Jadi, ibadah berjamaah di bulan Ramadhan dapat dilakukan umat Islam.

"Di satu sisi pemerintah sudah melonggarkan aktivitas yang berdampak kerumunan tetap harus protokol kesehatan, karenanya ibadah yang berjamaah pada saat bulan Ramadhan itu sudah memungkinkan untuk dilakukan," ujar Asrorun dalam siaran radio, Rabu (17/8/2021), sebagaimana dikutip tribunnews.com.

Berarti betul dong ya? Tapi kok tidak ada informasi berupa surat maklumat seperti di tahun lalu?

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Kunjungan Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro, ke kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, pada Kamis (18/3/2021), apakah menjadi isyarat kalau memang pemerintah memberikan kelonggaran menjalankan ibadah Ramadhan di masjid?

Dalam kunjungannya itu, Menristek menyerahkan bantuan berupa alat GeNose kepada MUI di saat MUI melaksanakan vaksinasi gelombang II. Kunjungan ini disiarkan pula secara virtual. Saya sendiri mendapat undangannya tapi memutuskan untuk mengikutinya melalui aplikasi zoom.

Dalam kesempatan itu, menristek memperkenalkan GeNose, produk hasil anak bangsa. Dijelaskan, GeNose ini dulunya sebenarnya bernama e-nose atau hidung elektronik yang ditemukan sejak 2010 oleh dua ilmuwan UGM. 

GeNose C19 adalah hidung elektronik yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk deteksi Covid-19 yang lebih cepat dan akurat. Pada mulanya, alat ini digunakan untuk mendeteksi orang yang terkena penyakit TBC.

Menristek menjelaskan, pada waktu itu, pasien TBC baru mengetahui terkena TBC saat kondisinya sudah parah dan berbahaya. Alat ini hadir untuk mengantisipasi dari awal sehingga TBC tidak parah. 

Berhubung pada 2020 ada Covid-19, maka alat ini dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya Covid-19. Pada Oktober 2020, alat yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Eng Kuwat Triyana bersama timnya ini sudah menjalani uji diagnostik.

"Dalam perjalanannya, karena ini memakan waktu yang sangat panjang, sehingga e-nose yang untuk TBC sementara dialihkan dulu untuk Covid19. Mengapa bisa dialihkan cepat? Karena ini tidak hanya inovasi anak bangsa, namun inovasi anak bangsa menggunakan bahan terkini yaitu Revolusi Industri 4.0," kata Bambang. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
GeNose ini juga memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan. Dari waktu ke waktu, dengan semakin banyaknya data yang terekam, maka akurasi genose akan semakin membaik. 

Sebagaimana dijelaskan menristek, alat pendeteksi virus corona ini bekerja melalui embusan napas yang menggunakan teknologi terkini, yaitu dengan teknologi revolusi industri keempat dan kecerdasan artifisial.

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terdapat dalam GeNose mengambil data dari embusan napas manusia. GeNose C19 bekerja dengan mendeteksi pola senyawa VoC atau Volatile Organic Compound dalam embusan napas manusia.

GeNose C19 terhubung dengan sistem cloud computing melalui aplikasi berbasis kecerdasan artifisial untuk  mendapatkan hasil diagnosis secara real time. 

Pola VoC orang sakit dan orang sehat akan berbeda. Alat yang dilengkapi dengan 10 sensor utama ini, mampu mengukur perbedaan kadar VoC itu secara lebih sensitif. VoC terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas.

Untuk menggunakan GeNose, seseorang akan diminta untuk mengembuskan napas ke tabung khusus. Sensor-sensor dalam tabung kemudian mendeteksi VoC. Data yang diperoleh dari embusan napas, diolah dengan bantuan kecerdasan buatan hingga memunculkan hasil. 

Dalam waktu kurang dari 2 menit, GeNose dapat mendeteksi apakah seseorang positif atau negatif Covid-19. Karena itu, menristek menyakini GeNose ini siap dimanfaatkan secara masif oleh seluruh masyarakat Indonesia guna mendeteksi Covid-19. 

Namun, menristek menegaskan, GeNose ini ditujukan untuk screening saja, bukan untuk diagnosa. Bagaimanapun, Swab Test PCR tetap belum tergantikan untuk kebutuhan diagnosa. Terutama untuk tempat-tempat yang banyak lalu lintasnya seperti simpul transportasi.

"Kami sangat mengharapkan dukungan penuh dari MUI juga masyarakat agar temuan anak bangsa ini benar-benar bermanfaat bagi keselamatan dan kesehatan bangsa Indonesia," tandasnya.

Menurutnya, pandemi Covid-19 menjadi momentum penguatan integrasi keilmuan dan kolaborasi riset dan inovasi di Tanah Air. Ke depan, hendaknya riset dilaksanakan tidak hanya berdasarkan keinginan peneliti atau perekayasa saja, namun riset dan inovasi yang dihasilkan dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
"Kita berharap GeNose C19 dapat segera digunakan di masjid-masjid, mengingat sebentar lagi memasuki bulan suci Ramadan, sehingga akan sangat membantu para umat Islam yang hendak melaksanakan ibadah salat tarawih," ujarnya.

Apakah statement ini menjadi memperkuat informasi yang disampaikan tetangga saya, dr. Salma, yang juga Ketua Satgas Covid-19 di wilayah saya? Kalau dicermati sih sepertinya iya ya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum MUI, KH Miftachul Akhyar menyampaikan terimakasih mewakili MUI atas alat GeNose ini. Kehadiran GeNose ini adalah bentuk kepedulian bersama anak bangsa terhadap kesehatan.

"Mudah-mudahan ini bisa kita gunakan dengan sebaik-baiknya, bermanfaat, bermaslahat untuk semua anak bangsa tanpa membeda-bedakan, kemudian kita bisa menggunakannya dengan amanah," katanya.

Ia juga berharap GeNose C19 mampu memberikan layanan skrining terhadap segala kegiatan keagamaan, baik yang dilakukan oleh MUI maupun oleh organisasi lain atau masyarakat lainnya.

Menristek meminta MUI mendorong penggunaan alat deteksi Covid-19 itu untuk mencegah penyebaran virus selama umat Islam beribadah di bulan puasa. GeNose C19 diyakininya sangat membantu umat Islam yang hendak melaksanakan ibadah salat tarawih.

"Kita berharap GeNose bisa dipakai untuk melancarkan kegiatan ibadah terutama umat Islam dalam melaksanakan ibadah tarawih pada bulan Ramadan, untuk memberikan proteksi, rasa aman dalam beribadah," ujar Ketua MUI Miftachul Akhyar.

"Mudah-mudahan alat ini menjadikan lahirnya sebuah kepercayaan diri bagi anak bangsa, tidak kalah dengan bangsa lain, semoga ini semua diberkahi oleh Allah SWT," tambahnya. 

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Sekretaris Utama Kementerian Riset dan Teknologi/Sekretaris Utama BRIN Mego Pinandito, Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek/BRIN Ismunandar, Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi Danang Rizki Ginanjar, serta jajaran Dewan Pimpinan Majelas Ulama Indonesia.

Menurut saya, bagus juga jika GeNose C19 disebarkan di seluruh masjid di Indonesia agar umat Islam nyaman dan aman dalam menjalankan ibadah Ramadhan. 

Tentu saja mereka yang dinyatakan positif tidak diperkenankan ada di area masjid dan diminta untuk isolasi mandiri sambil menunggu hasil test PCR.

Dengan cara seperti ini, hanya "orang-orang pilihan" atau negatif saja yang diperkenankan beribadah di masjid. Dan, ini berarti, dapat memutus mata rantai  penularan Covid-19. Umat Islam pun jadi terjamin keselamatannya.

Ah, saya jadi tidak sabar menyambut Ramadhan tahun ini setelah satu tahun berlalu. Inginnya kan lebih berkualitas dibanding Ramadhan tahun lalu.

Semoga pandemi Covid-19 segera berlalu.

Wallahu 'alam bisshowab

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun