Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudahkah Kita Mempersiapkan Diri Menghadapi Puasa Ramadhan?

14 Maret 2021   12:09 Diperbarui: 14 Maret 2021   12:50 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua umat muslim berkesempatan bertemu lagi dengan Ramadhan. Dipertemukan dengan bulan penuh kemuliaan ini adalah karunia Allah yang sangat berharga dan suatu keberuntungan. Jadi, jangan sampai kita menyia-nyiakannya begitu saja.

Bulan Ramadhan 1422 Hijriah tinggal satu bulan beberapa hari lagi. Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menyambut "bulan haram" ini? Siap fisik, siap mental, siap akal?

Nah, Minggu (14/3/2021), kebetulan usai shalat subuh berjamaah di Masjid Al Ihsan Permata Depok dilanjutkan dengan KISAH atau Kajian Islam Ahad Subuh membahas mengenai persiapan menyambut Ramadan Kareem.

KISAH sebagaimana namanya rutin diadakan tiap Ahad atau Minggu usai shalat subuh berjamaah. Temanya tiap pekan beda-beda tergantung situasi dan kondisi suatu moment, dengan ustadz yang juga berbeda.

Dulu, saya sering mengikuti kajian ini di masjid. Sebelum pandemi Covid-19, usai kajian ini biasanya dilanjutkan dengan sarapan pagi bersama dengan menu yang berbeda tiap pekannya.

Berhubung masih Covid-19, sepertinya (sebagaimana yang saya amati) tidak ada lagi sarapan bersama, jamaah langsung pulang. Saya sendiri mengikuti kajian ini secara virtual melalui aplikasi zoom.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Pembahasan KISAH kali ini adalah "persiapan ruhiah, fisik, dan akal dalam menghadapi Ramadhan" yang dibawakan oleh ustadz Abdullah Haidir Lc.

Mengapa perlu persiapan? Karena sering kita temukan, entah diri kita, keluarga kita, atau orang lain yang kehilangan semangat beribadah setelah beberapa hari Ramadan. 

Dan, itu bisa jadi karena kurangnya persiapan. Seperti halnya berolahraga, diperlukan pemanasan terlebih dulu agar tubuh benar-benar siap.

"Ada yang lemas, ada yang malas-malasan, ada yang merasa berat, nah itu karena kurangnya persiapan dalam menghadapi bulan Ramadhan. Terutama yang berkaitan dengan hal keimanan," tuturnya.

Ustadz menjelaskan persiapan yang dimaksud adalah dalam bentuk membiasakan diri dalam meningkatkan amal saleh agar di bulan Ramadan lebih ringan lagi melakukan amal ibadah selama sebulan. Tentu saja kualitas yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Rasullullah dan para sahabat yang jelas-jelas sudah dijamin surga oleh Allah SWT juga selalu mempersiapkan diri enam bulan menjelang bulan Ramadhan. Dengan cara memperbanyak ibadah seperti shalat dan puasa sunah, beristighfar atau memohon  ampunan atau bertaubat. Mengapa kita tidak seperti itu?

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dikatakan, ada tiga persiapan yang sebaiknya umat muslim siapkan. Yaitu persiapan ruhiah atau batin, persiapan fisik dan materi, serta persiapan akal atau ilmu.

Pertama, persiapan ruhiah. Mengapa persiapan ini diperlukan karena "pertarungan" pada bulan Ramadhan, tidak sebatas fisik, tapi lebih pada mental spiritual.

Puasa Ramadhan sendiri diartikan menahan diri dari yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Menahan diri di sini juga diartikan menahan diri dari yang merusak kualitas puasa Ramadhan.

Puasa juga adalah bentuk pelatihan dan pendidikan bagi manusia agar bisa menahan diri dari makan, minum, dan syahwat di siang hari. Juga melatih manusia menahan nafsu serakah, tamak dan rakus, serta menahan diri dari segala kemaksiatan.

Banyak dari kita, sudah mampu menahan lapar dan haus, namun, hawa nafsu terkadang kurang kendali. Masih saja ada yang tidak mampu menahan amarah padahal kita harus bersabar dalam menjalani puasa. Ada yang berpuasa tapi masih melakukan maksiat.

Karena itu, persiapan ruhiah amat penting. Di antaranya dengan menguatkan iman, azam (tekad), dan niat agar dimudahkan oleh Allah.

Sebenarnya, kata ustadz, persiapan ruhiyah ini sudah dimulai pada bulan Rajab dan Sya'ban, yaitu dengan menjalankan puasa sunah Rajab dan Sya'ban. Ini adalah puasa "pemanasan" menuju Ramadhan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Oleh kalangan salafus-shaleh bulan Rajab boleh dibilang sebagai gerbang Ramadan. Artinya, di bulan ini upaya melakukan persiapan diri untuk menyambut Ramadan mulai digiatkan, dilanjutkan di bulan Sya'ban sehingga saat bertemu Ramadan dalam kondisi prima.

Inilah makna dari ungkapan terkenal di kalangan salafus-shaleh, "Rajab bulan menanam, Sya'ban bulan menyiram, Ramadan bulan panen". Ada juga doa yang lazim dipanjatkan, "Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan pertemukan kami dengan Ramadan".

"Menggiatkan ibadah dan ketaatan di bulan mulia ini dengan niat bahwa ini adalah bulan mulia dan juga sebagai persiapan menuju Ramadan," ujarnya.

Terkait masalah ini, ada hadits shahih riwayat Tirmizi tentang keutamaan bulan Sya'ban. Rasulullah saw banyak berpuasa di bulan Sya'ban. Ketika ditanya sahabat mengapa demikian? Beliau menjawab karena bulan Sya'ban adalah bulan yang dilalaikan, terletak antara Rajab dan Ramadan.

Dalam riwayat tersebut terdapat isyarat, bahwa sebagaimana Ramadan dimuliakan dan diisi dengan amal-amal mulia, Rajab pun demikian. Rasulullah saw ingin agar bulan Sya'ban tidak dilupakan karena terdapat di antara dua bulan mulia tersebut.

Maka, di dua bulan itu, kita seharusnya sudah mulai membiasakan diri dengan ibadah-ibadah harian seperti puasa, qiyamullail, tilawah atau membaca Alquran, zikir dan doa, sedekah. Jangan lupa, tinggalkan kemaksiatan dan kezaliman sejauh-jauhnya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Oh iya, ustadz juga mengingatkan para suami untuk mengingatkan isteri dan anak-anaknya jika mempunyai utang puasa, maka utang puasa tersebut bisa dibayarkan mulai sekarang.

Kalau seseorang mempunyai kesibukan atau halangan tertentu untuk mengqadhanya seperti seorang ibu yang hamil dan yang sibuk menyusui anaknya, maka hendaklah ia menuntaskan hutang puasa pada bulan Sya'ban. Sebagaimana Aisyah r.a tidak bisa mengqadha puasanya kecuali pada bulan Sya'ban.

Karena, ketika kita berpuasa Ramadhan dan masih memiliki sangkutan utang puasa, maka kita telah berdosa. Menunda qadha puasa dengan sengaja tanpa ada uzur syar'i sampai masuk Ramadhan berikutnya adalah dosa.

Mengapa, karena kita sudah melalaikan utang puasa yang merupakan kewajiban yang harus dibayarkan. Maka kewajibannya adalah tetap mengqadha, dan ditambah kewajiban membayar fidyah menurut sebagian ulama.

"Sudah seharusnya kita mengqadha puasa sesegera mungkin sebelum datang Ramadhan berikutnya. Dari 12 bulan itu masa kita tidak bisa menyempatkan untuk membayar utang puasa?" tukasnya.

Kedua, persiapan fisik yaitu dengan menjaga kesehatan, berolahraga ringan yang murah yang bisa diterapkan di rumah misalnya berjalan santai. Dengan rutin berjalan santai dapat menjaga agar sistem peredaran darah tetap berfungsi dengan baik selama puasa.

Selain itu, dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, istirahat yang cukup, serta menyiapkan harta atau materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Materi ini diperlukan untuk memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Ketiga, persiapan akal atau ilmu. Kita membutuhkan persiapan ini karena tentunya kita tidak ingin puasa yang kita jalankan hasilnya sia-sia dan tidak mendapatkan pahala.

Islam sangat mementingkan ilmu dalam segala aktifitas amaliyah. Ilmu dipentingkan sebelum beramal, karena syarat diterimanya amalan setelah ikhlas adalah amalan tersebut harus benar dan suai dengan syari'at dan sunnah.

Dengan ilmu, maka kita akan berupaya agar menjalani puasa dengan niat hanya karena Allah bukan karena yang lain. Kita bisa dengan mengikuti kajian-kajian Islam.

Kita perlu kembali mempelajari tentang fiqh ibadah pada bulan Ramadhan. Semisal fiqh puasa, shalat tarwih, zakat, sedekah, dan ibadah-ibadah lainnya.

Dengan begitu, kita akan tahu apa saja yang membuat puasa kita diterima, dan hal-hal yang membatalkan puasa atau mengurangi pahala puasa. Semua itu akan mudah dipahami jika tahu ilmunya dengan mengkaji Islam.

Menuntut ilmu ibadah hukumnya wajib 'ain. Hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui cara beribadah dengan benar yaitu sesuai dengan petunjuk Nabi saw sehingga ibadah kita diterima oleh Allah Swt.

Suatu ibadah tanpa dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Ibadah tanpa mengikuti petunjuk Rasulullah saw tidak akan diterima Allah Swt.

Sebagaimana Nabi saw bersabda: "Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari petunjuk kami, maka amalannya ditolak". (HR. Muslim)

Allah SWT berfirman:
"Hai orang2 yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS 2:183).

"Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)." (QS 2:185).

Bagaimana, sudahkah kita mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan? Semoga demikian adanya.

Marilah kita sambut bulan Ramadhan yang sudah di ambang pintu ini dengan hati gembira dan suka cita. Kita berdoa dan berharap kepada Allah Swt semoga ibadah kita selama ini dan di bulan Ramadhan nanti diterima.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Wallahu 'alam bisshowab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun