"Wah, kasian dong loe ya ditinggal kawin si yayank," katanya sambil mulutnya mesem-mesem.
"Maksud loe?" tanya saya.
"Lha kan dia sebentar lagi mau nikah. Ya gue pikir loe udah tau," jawabnya.
What??? Terjawab sudah mengapa dia menghilang. Ternyata ini. Pergi meninggalkan saya begitu saja tanpa penjelasan. Saat saya mencoba untuk menghubunginya tidak ada kabar beritanya. Ini berarti termasuk perbuatan ghosting kan ya?
Ya ampun. Saya sih tidak masalah dia akhirnya menikah dengan siapa, tapi kan di antara saya dan dia belum ada kata putus. Statusnya masih ada ikatan cinta. Terakhir saya berkomunikasi dengannya seingat saya baik-baik saja.Â
Seharusnya kan ya kalau memang dalam waktu dekat itu dia akan menikah dengan yang lain, dia memutuskan saya saat itu juga dong. Harusnya dia gentlemen memutuskan saya dengan baik-baik. Nyatanya tidak.
Setelah mendapat kabar itu, saya lantas meneleponnya untuk meminta penjelasannya. Apa yang salah dari saya sampai dia tega memperlakukan saya seperti itu. Dia menjawab saya tidak salah apa-apa. Dia yang salah, katanya. Dia tidak bisa mengelak perjodohan yang dilakukan pimpinannya dengan anak tetangganya.
"Ya kan bisa dijelasin kalau kakak punya aku. Tinggal bilang kakak sudah punya pasangan, yang sebentar lagi mau merencanakan pernikahan," kata saya.
"Iya, saya yang salah," ujarnya.
Ya sudahlah, mau dibilang apa lagi. Masa saya harus memaksanya untuk menikahi saya? Kecewa sih, tapi terus terang saya tidak merasa sakit hati juga. Sedih tapi hanya sekejab. Tidak sampai larut dalam kesedihan. Karena saya percaya, suatu ketika saya akan mendapatkan pengganti yang lebih baik. Bisa jadi dia bukan yang terbaik buat saya.
Saya pun menghadiri pernikahannya. Selain untuk mengucapkan "turut berbahagia", juga untuk melihat sosok perempuan yang dinikahinya. Seperti apa sih? Hahaha...