Kemudian saya tumis, setelah matang, saya masukkan ke dalam panci. Saya masukkan juga batang sereh yang sudah saya geprek.Â
Bubur saya aduk-aduk sambil ditambah sedikit penyedap rasa. Lalu saya masukkan kangkung yang sudah disiangi dan dicuci. Diaduk-aduk.Â
Mengaduknya tidak usah lama-lama biar vitamin yang terkandung dalam kankung tidak hancur. Matikan kompor deh. Sudah. Selesai. Prosesnya tidak sampai 30 menit. Tidak ribet, kan?
Saya cicipi, Alhamdulillah enak. Jadilah bubur kangkung ikan salem. Yang tentu saja bergizi dan menyehatkan. Saya sajikan dalam piring lalu saya taburi dengan bawang merah goreng.
"Kaaakkkk...bunda bikin bubur nih. Ayo sarapan. Mumpung lagi hangat," panggil saya.Â
Bagi saya, memasak bubur seperti menikmati proses dalam kehidupan. Sambil mengaduk-aduk bubur seolah mengingatkan waktu terus perputar.
Dalam sepiring bubur ada berbagai pelengkap demi menciptakan rasa sedap di lidah. Ini menggambarkan, sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup sendiri agar hidup terasa indah.Â
Seperti rasa nikmat yang terdapat dalam bubur racikan saya. Eits, kenapa pikiran saya jadi ke mana-mana?
Oh iya, bicara soal ikan salem ternyata dikenal sebagai jenis ikan yang memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi. Tidak kalah dengan "saudaranya", ikan salmon.Â
Ikan salem memang sering disebut ikan salmon meski yang dijual di pasar bentuknya lebih langsing dan kecil.Â
Ciri khasnya, warna daging agak oranye, tebal, dan kulitnya agak kehitaman. Umumnya komposisi kimia daging ikan salem terdiri dari air (66-84)%, protein (15-24)%, dan lemak (0,1-22)%.