Tak lama kemudian datang lamaran kedua. Yuni lagi-lagi menolak karena masih ingin mewujudkan mimpi-mimpinya. Lalu lamaran ketiga datang dari guru Yuni sendiri. Apakah ia akan menerimanya?
Di sinilah Yuni kemudian galau. Ia diingatkan tak baik bagi seorang perempuan menolak lamaran hingga tiga kali. Karena berdasarkan mitos, jika itu terjadi, maka perempuan itu tak akan menikah selamanya.
Yuni pun gamang. Ia seorang remaja yang penuh impian. Remaja yang akrab dengan media sosial saat ini, yang menunjukkan dunia seolah-olah ada di tangannya. Masa iya, ia harus memikirkan pernikahan dan lamaran. Sesuatu yang belum terbersit di benaknya.
Apakah Yuni akan menikah dengan sang guru bernama Pak Damar yang mengajarkannya sastra puisi atau ia memilih kabur bersama Yoga, lelaki pemalu di sekolahnya?
Bagaimana ending dari "Yuni"? Happy or sad? Saya belum tahu. Saya juga penasaran bagaimana kelanjutan hidup Yuni yang dipaksa berkembang di usianya yang masih remaha, di saat yang tidak tepat.
Film ini berusaha menggali benturan dan kontras dalam masyarakat. Tapi cerita khusus ini bukan tentang menantang norma sosial. Ini tentang membebaskan diri kita sendiri. Film ini tentang kontrol. Bagaimana Yuni mengontrol dirinya sendiri.
Kamila Andini, sang sutradara film panjang "Yuni" mengaku sangat bersemangat dengan film panjang terbarunya. Terlebih sudah cukup lama jeda dari sejak dipersiapkan.
Film ini menggunakan pendekatan yang intim dan personal untuk menunjukkan jarak yang Yuni rasakan antara dirinya dan tempatnya. Terasing dari usianya, pilihannya, desanya, dan mimpinya.
"Saya sangat ingin membawa karya terbaru saya ke masyarakat. Saya begitu optimis karena segala kreativitas saya semuanya saya curahkan untuk film ini," begitu katanya dalam email yang saya terima pada 12 Januari 2021.
Bagaimana dara kelahiran Jakarta 6 Mei 1986, ini tidak optimis. Dua film panjang karya sebelumnya mendapat sambutan hangat dari masyarakat dunia.
Sebut saja 'The Mirror Never Lies" yang membawanya mengelilingi lebih dari 30 festival film termasuk Berlinale, Busan, Edinburgh, Seattle. Hebatnya, ia mendapatkan lebih dari 15 penghargaan di sirkuit festival.