Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Asyik Juga Berkuda di Kawasan Gunung Bromo

30 Desember 2020   20:00 Diperbarui: 30 Desember 2020   20:05 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut pengakuannya, semula pekerjaannya adalah petani sayuran. Dengan melejitnya potensi wisata di Gunung Bromo, ia pun beralih profesi sebagai "ojek kuda" yang menyewakan kuda Bromo menyusuri area Gunung Bromo.

Kehadiran kuda Bromo bukan lagi sekedar untuk mengatasi rasa lelah berjalan dari parkiran Jeep hingga ke anak tangga kawah Gunung Bromo. 

Bagi wisatawan, menunggang kuda juga menjadi atraksi sendiri. Berpose di kuda tunggangan dengan latar belakang Gunung Bromo tentu menjadi "oleh-oleh" tersendiri. Kenangan indah yang bisa menambah album foto di media sosial kita.

"Berkuda" menjadi salah satu alternatif bagi wisatawan yang ingin menikmati liburan di Bromo. Menikmati pemandangan alam tanpa dibayang-bayangi rasa lelah. Sambil berkuda, kita bisa menikmati udara pegunungan yang sejuk dan segar.

Menunggang kuda di Bromo menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan karena akan melewati hamparan lautan pasir dengan jalan tanjakan ke arah kaki kawah gunung Bromo.

Memang Bromo dan kawasan Tengger Semeru ini sangat istimewa. Punya magnet kuat yang membuat kita rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekedar menikmati pesonanya. Saya sendiri sebenarnya sudah pernah ke sini dalam urusan pekerjaan.

Saya tidak bertanya berapa keuntungan yang didapatnya dari menjual jasa menuntun kuda. Biarlah. Itu menjadi rahasia lelaki yang tinggal di Desa Tengger, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, itu. 

Kain sarung yang membaluti tubuhnya setidaknya menjadi bukti bahwa ia penduduk asli setempat. Bagi masyarakat Tengger, kuda adalah sistem tata nilai adat yang sudah turun menurun sejak lama. 

Perjalanan menunggangi kuda ini mengajarkan saya banyak hal. Tentang kesabaran, ketenangan, kepedulian. Juga tentang bagaimana menyikapi posisi kehidupan yang kadang naik, kadang turun.  

Saat kita di bawah, kita jangan pernah berputus asa. Tetap menjaga semangat dan keyakinan kelak akan berada "di atas". Ketika kita berada di atas, kita lepaskan kesombongan. Kita lihat ke bawah, betapa ada denyut kehidupan yang jika resapi sungguh indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun