Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

JNE dalam Kehidupan Saya: Memberi, Menyantuni, Menyayangi

20 Desember 2020   12:54 Diperbarui: 20 Desember 2020   13:17 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari, teman semasa kuliah saya, Mutia Zaky, yang berprofesi sama dengan saya, ingin berbelanja online di salah satu market place. Kebetulan ia mendapatkan voucher belanja 200 ribu yang hanya bisa digunakan di marketplace tersebut.

Persoalannya, dia mengaku gaptek alias gagap teknologi. Katanya, dia jarang berbelanja online dan dia juga tidak punya aplikasi marketplace yang dimaksud. 

Masa iya sih di jaman serba modern dan digital begini masih ada yang tidak akrab dengan belanja online? Padahal, ini sesuatu kegiatan yang begitu identik dengan kaum hawa. Kegiatan yang begitu disukai para perempuan.

Jadi, dia meminta tolong saya untuk mengorderkan produk-produk yang ingin ia beli. Kebetulan di hp saya sudah ada aplikasinya, meski saya jarang memakainya. Dia menyebutkan produk-produk apa saja yang ingin dibeli.

Dibantu kawan saya, Dewi Syafrianis, pelaku UKM yang juga tetangga jauh saya, maka diorderlah pesanan-pesanan tersebut. Beras, deterjen, pembersih lantai, pembersih muka. Termasuk sambal Dendang buatan kawan saya ini. Jika ditotal semuanya sejumlah 195 ribu rupiah.

Beberapa hari kemudian, pesanan tersebut sampai, tapi sampainya ke alamat rumah saya. Wah, jelas saya heran dong kok kenapa jadi "tersesat" di rumah saya? Seingat saya, saya sudah kasih catatan untuk dikirim ke alamat kawan saya yang di Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

Saya baru tahu kiriman "tersesat" ke rumah saya karena suami mengirimkan pesan ada kiriman paket buat saya. Salah satunya beras yang menjadi pesanan kawan saya itu.

"Ada tiga paket buat Bunda dan satu paket isi beras, Alhamdulillah," begitu WA suami saya saat saya menghadiri satu agenda pekerjaan.

Ya suami senang dong di saat mau beli beras eh tiba-tiba datang paket beras. Membeli beras memang menjadi tugas suami saya, yang tentu saja pakai uangnya sendiri. Jadi, suami saya senang, uang untuk beli beras jadi utuh.

Sesampainya di rumah, saya lantas meneliti apa yang membuat paket terkirim ke saya. Dan, ternyata alamat utamanya belum diganti, masih pakai alamat saya, meski ada catatan "barang tolong dikirim ke (teman saya berikut alamatnya)"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun