Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Batan Kembangkan Sistem Deteksi Bahaya Radioaktif

12 November 2020   13:30 Diperbarui: 12 November 2020   13:34 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegawai Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir lakukan simulasi sensor Sistem Pemantauan Radiasi untuk Keselamatan dan Keamanan (Dok BATAN)

Portal Monitor Radiasi ini perangkat yang digunakan untuk mencegah adanya bahan radioaktif yang masuk ke Indonesia melalui pelabuhan atau bandar udara. 

Saat ini baru terpasang 6 unit portal monitor radiasi di Kawasan Nuklir Serpong,  Kawasan Nuklir Bandung/KNB (1 detektor), Kawasan Nuklir Yogyakarta/KNY (1 detektor), dan Istana Negara (1 detektor). Semua bantuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) yang diproduksi di luar negeri.

Kebutuhan RPM secara nasional sebenarnya sangat banyak. Indonesia saja memiliki 172 pelabuhan, wilayah perbatasan, bandar udara, obyek vital, industri dan instalasi nuklir. 

Itu sebabnya, saat ini Batan sedang mengupayakan 2 prototipe RPM buatan dalam negeri agar dapat tersertifikasi tahun ini. Uji coba portal monitor radiasi telah terpasang di kantor Batan di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta, dan Kawasan Nuklir Serpong, Tangerang Selatan.

Pada kondisi pandemi Covid-19, pengembangan prototipe ini menghadapi sedikit kendala. Karena, dalam kegiatan rancang bangun ini terdapat komponen utama berupa detektor yang masih harus diimpor. 

Sebenarnya teknologinya peneliti dan perekayasa Batan sudah kuasainya. Menjadi terkendala karena keterbatasan transportasi internasional. Pengembangan sistem pemantauan zat radioaktif ini ditargetkan rampung pada 2022.  

Berkunjung ke Kawasan Nuklir Batan Serpong pemeriksaan cukup ketat (Dokpri)
Berkunjung ke Kawasan Nuklir Batan Serpong pemeriksaan cukup ketat (Dokpri)
Dalam pengembangan prototipe SPRKK ini, Batan mengembangkan perangkat teknologi dan sistem, bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memiliki stasiun meteorologi di seluruh Indonesia, serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan.

Juga bekerjasama dengan PT. LEN Industri yang berpengalaman dalam instrumentasi, serta Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) yang bertanggung jawab terhadap pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir untuk keselamatan dan keamanan masyarakat Indonesia.

Sejatinya, kemampuan SDM dalam mengembangkan portal monitor, tidak perlu diragukan lagi. Batan telah mampu memproduksi, merawat, dan memperbaiki secara mandiri.

Jadi, jika ada industri atau pengguna portal monitor ingin memperbaiki atau merawat portal monitornya, tidak perlu mengundang expert dari luar negeri, SDM Batan pun mampu melakukannya.

Mengapa SPRKK ini begitu penting? Karena berdasarkan informasi dari Badan Tenaga Atom Internasional, terdapat 20 juta pergeseran sumber radioaktif setiap tahunnya. Sumber radioaktif itu bisa berupa bahan nuklir atau bahan radioaktif yang dipakai di bidang industri, kesehatan atau bahan yang terkontaminasi zat radioaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun