Harganya hampir Rp100.000 berikut segelas es teh manis, paling kurang Rp1000. Buat ukuran saya, ini jelas mahal. Hmmm...bisa buat beli beras, telur, minyak goreng itu. Hahaha...emak-emak memang begini. Penuh perhitungan.
Soal rasa, ya biasalah. Masih lebih enak nasi goreng buatan saya pastinya. Karena terdesak waktu, nasi goreng itu tidak habis. Lalu saya minta ke pegawainya untuk dibungkus buat saya makan di pesawat, meski di dalam pesawat dapat makanan. Ya kan sayang, harganya mahal masa main dibuang?
***
Untuk perjalanan pribadi, baik sendiri atau bersama keluarga, saya sebenarnya tipe orang yang malas bawa bekal. Tidak mau ribet saja. Bawa-bawa wadah di dalam tas. Saya inginnya praktis-praktis saja.Â
Nah, berbeda dengan suami saya yang tipe lebih baik bawa bekal daripada harus jajan di luar. Jadi, kalau mau jalan-jalan pasti bawa bekal, meski sebelum berangkat kami sudah makan.
Tak lupa membawa sayuran mentah, beras, sosis, nugget, daging ayam yang sudah dibumbui, bumbu, mie instan, mie gelas, sambal saos, kompor dan spirtus. Hahaha jiwa mapala suami pun ke luar.
Maksudnya buat jaga-jaga. Kalau bekal habis, ya saya masak. Menepikan sejenak kendaraan di pinggir jalan yang cukup aman sambil beristirahat sambil menikmati pemandangan sambil bersenda gurau.
Tapi...kalau sudah keburu lapar, dan memasak tidak memungkinkan, biasanya mampir ke rumah makan sederhana yang harganya sudah bisa diperkirakan tidak akan membuat kantong bolong.Â
Nah begitulah review "jalan-jalan" saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H