Berlari-lari membuat saya begitu lapar. Sampai perut saya berteriak-teriak. Jadi, ketika petugas bagian restorasi lewat menjajakan makanan, dan setelah saya bertanya menunya apa saja, saya pun mengambil "Ayam Goreng Sambal Goang".Â
Saya sengaja memilih yang ini karena penasaran apakah sambal goangnya sama dengan sambal goang yang sering saya bikin?Â
Sambal goang adalah sambal khas orang Sunda, yang isinya cabe rawit dan tomat mentah yang diulek kasar, lalu diberi penyedap rasa. Akan semakin nikmat jika makannya pakai ikan asin dan lalapan.
Kalau daging ayam saya tidak terlalu suka. Saya sih inginnya yang berkuah-kuah semisal sop buntut atau sop iga. Pokoknya makanan berkuah yang menyegarkan. Sayangnya, di kereta tidak menyediakan menu yang saya inginkan.
Setelah saya buka, oh begini rupa menunya? Sambalnya berminyak, berarti sambal ini melalui proses digoreng. Kalau versi saya, cabe rawit plus tomat yang serba mentah, jadi tidak berminyak.
Tapi setelah saya coba enak juga. Cuma kurang banyak saja porsinya dan kurang pedas hahaha... soalnya saya penggemar sambal.Â
Saya pun mencoba mencicip ayam gorengnya. Potongan ayamnya tidak terlalu besar. Enak juga. Bumbunya meresap hingga ke daging-dagingnya. Segigit, segigit eh lama-lama habis. Yang tersisa tinggal tulang-tulangnya.Â
Lha saya kan tidak suka daging ayam tapi habis juga ternyata. Daging ayamnya yang enak plus rasa lapar, membuat lidah saya lupa diri hahaha...
Alhamdulillah...kenyang. Perut saya tidak lagi merintih. Dan, yang lebih membahagiakan lagi tentu saja bukan saya yang membayar. Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?
Meski kali ini saya makannya di kursi penumpang, bukan di restorasi, saya tetap bisa sambil menikmati pemandangan dari balik jendela.Â
Relasi saya sudah paham kalau mengajak saya, entah naik kereta atau pesawat, saya dipesankan tiket dengan seat dekat jendela. Maksudnya sih biar saya bisa melihat pemandangan di luar sana. Ya saya sih happy-happy saja.