Cuma yang tidak enaknya, tidak bisa santai lebih lama saja, terlebih jika penumpang yang ingin makan di restorasi juga cukup banyak. Jadi, saya sebagai penumpang harus tahu diri.Â
Di gerbong restorasi juga menyediakan aneka minuman dan camilan. Mulai minuman ringan, air mineral, teh hangat, hingga kopi. Selain menu makanan "berat tapi ringan" tentunya. Penumpang tinggal memilih.Â
Meski "sempit", gerbong restorasi bisa dibilang cukup nyaman, terlebih makan dengan view pemandangan yang selalu berubah-ubah. Pas buat penumpang yang tengah ingin menyendiri dan menyepi.Â
Kalau soalnya interior kereta eksekutif cukup nyaman juga. Kursi yang bisa diputar saling berhadapan dan dimundurkan ke belakang. Di setiap kursi juga disediakan bantal kecil. Bila naik Taksaka malam, juga disediakan selimut.
Di setiap kursi di sediakan 2 buah colokan. Jadi, tidak perlu khawatir jika kehabisan baterai hp atau laptop. Di kursi juga ada meja lipatnya buat makan atau buat buka laptop.
***Â
Saya berlari-lari memasuki kereta Argo Parahiyangan yang sebentar lagi akan meninggalkan Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Pada 14 Agustus 2019 itu saya diajak untuk mengikuti agenda kegiatan Direktur Utama LPDB KUMKM di Bandung, Jawa Barat.
Relasi saya dari Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Kementerian Koperasi dan UKM berulangkali menanyakan posisi saya.Â
"Mbak di mana?" tanyanya lewat pesan WhatsApp, yang ternyata ada beberapa kali panggilan tidak terjawab darinya.
"Sebentar lagi, ini mau masuk Stasiun Gondangdia," balas saya. Biasanya, dari sini saya berjalan kaki ke Stasiun Gambir, karena terdesak waktu saya pun naik ojek online.
Saya pun berlari-lari menyusuri koridor, memprint tiket, memberikan ke petugas pemeriksaan, lalu menaiki tangga, kemudian naik eskalator. Saya serasa habis ikut lomba lari.