"Mas kenapa penumpang nggak boleh tertinggal di peron?" tanya saya kepada petugas yang berada di gerbong khusus perempuan.
"Oh kan ada pembatasan kerumunan biar tidak menambah kerumunan dari penumpang dari tujuan lain," jawabnya.
"Terus penumpangnya disuruh ke luar atau bagaimana?" tanya saya."Paling diminta untuk menunggu di tempat antrian," katanya.
Saya sendiri terus terang selama Covid-19 baru pertama kali ini ikut antrian. Biasanya, masuk ya masuk saja. Mungkin karena waktunya lebih pagi dari biasanya.
Ya bagus juga menurut saya ada antrian begitu agar penumpang jadi lebih teratur dan kerumunan dapat dihindari. Karena sebagaimana kita ketahui, penularan Covid-19 banyak terjadi ketika menggunakan transportasi kereta ini.
Di dalam kereta, saya berdiri hingga Stasiun Sudirman. Berapa stasiun itu. Ada 15 stasiun ya? Ah, itu mah sudah biasa. Membuktikan tulang-tulang saya kuat hahaha...
Selama perjalanan saya perhatikan penumpang cukup penuh. Penumpang semua terlihat hening sibuk dengan gawainya masing-masing.
Ada juga tiba-tiba penumpang ditegur petugas ketika ketahuan menelepon. Ya jelaslah ketahuan. Menelepon dengan suara keras dan di dekat petugas hahaha...
Ya kan sudah diinformasikan berkali-kali dilarang berbicara dengan sesama penumpang, dilarang menelepon, dilarang pakai masker scuba dan buff, dilarang makan dan minum. Mungkin dia lupa atau tidak tahu atau... entahlah.Â
Apapun yang alat transportasi yang kita gunakan, harus disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Sebagaimana yang selalu diserukan petugas kereta melalui pengeras suara.
"Jangan lupa pakai masker dengan baik dan benar menutupi hidunh dan mulut, jangan lupa menjaga jarak, jangan lupa mencuci tangan pakai sabun dalam air mengalir atau hand sanitizer sebelum dan sesudah menggunakan kereta. Semoga selamat sampai tujuan," begitu katanya yang selalu disampaikan secara berulang.
Demikian laporan pandangan mata saya