Tapi, saya belum tertarik juga, untuk mengisinya. Di blog pribadi hanya sesekali. Hingga akhirnya Covid-19 meluluhlantakkan berbagai segi kehidupan. Akibat virus Corona membuat banyak orang harus berdiam di rumah. Termasuk saya.
Karena banyak berdiam di rumah otomatis saya memiliki waktu yang cukup luang. Tiba-tiba saya jadi teringat dengan Kompasiana. Saya coba buka ternyata passwordnya salah. Jadi bikin password baru, kemudian memverifikasi dan memvalidasi data-data saya.
Saya pun mendapatkan centang hijau dan menyatakan akun saya terverifikasi. Pada Mei 2020 baru saya mulai aktif menulis. Tulisan pertama saya berupa puisi berjudul "Duhai Corona".
Yang membacanya sedikit di bawah 10, ada yang vote dan ada juga yang memberikan komentar. Karena saya tidak tahu cara mengetahui siapa yang memvote dan siapa yang berkomentar, saya diamkan.
Dalam sebulan baru saya paham untuk melihat siapa saja yang memvote dan berkomentar atau bagaimana saya memvote dan berkomentar, ternyata ada di bagian bawah setelah tulisan. Maklum saya kan pakai hp dan di layar dihiasi dengan banyak iklan jadi pandangan mata saya terhalang.
Sebelumnya yang saya pencet grafik yang berbentuk kotak-kotak biru itu, tapi tidak ada perubahan. Saya pencet berulang kali icon mata, hati, dan kotak di bawah tulisan, tetap tidak berubah.
Setelah saya tahu itulah saya mulai sering menulis. Ada kebahagiaan tersendiri ketika tulisan dibaca oleh orang lain meski jumlah viewnya sedikit. Saya jadi ketagihan seolah-olah mendapatkan suntikan semangat. View yang sedikit saja begitu berpengaruh, apalagi jika viewnya banyak.
Dan, yang membuat saya semakin jatuh cinta dengan Kompasiana adalah relasi yang terbangun dengan sesama Kompasianer yang tidak saya kenal dan belum berjumpa sama sekali.
Memberikan komentar, lalu membalas komentar membuat ruang dialog yang hangat, yang membuat saya semakin terikat dan merasa menjadi bagian keluarga besar Kompasiana.
Di Facebook sih memang ada kolom komentar juga, tapi yang saya rasakan tidak segreget di Kompasiana. Mungkin karena kawan-kawan FB saya sebagian besar adalah orang-orang yang sudah saya kenal. Jadi biasa saja.
Berbeda dengan Kompasiana. Anggotanya tersebar di berbagai provinsi, di luar negeri juga, belum ada yang saya kenal secara fisik maupun personal. Jadi ada nuansa baru yang mengeratkan. Semakin mengasyikkan karena ada kolom komentar untuk sekedar saling menyapa.