Dalam hal bepergian, saya tipe orang yang tidak ribet. Ketika saya mendapat tugas ke luar kota, biasanya saya hanya membawa satu tas. Itu pun bukan tas ukuran besar atau sedang. Tas yang saya bawa ya tas yang biasa saya pakai dalam aktifitas bekerja saya.
Isinya pun tidak banyak dan tidak macam-macam. Bawa satu baju ganti, satu kaos untuk tidur, celana dalam, kaos kaki, dompet, sikat gigi, deodorant, charger hp, sisir, dan obat.
Saya jarang bawa mukena karena saya pakai baju gamis dengan jilbab agak panjang. Jadi, saya shalat tanpa mukena atau bisa pinjam dengan kawan sekamar atau pinjam punya hotel.
Saya juga jarang bawa jilbab ganti karena saya biasa pakai jilbab lapis dua. Warna jilbabnya disesuaikan dengan warna baju yang saya kenakan.
Misalnya, jika saya pakai baju warna biru, dan baju ganti warna hijau, berarti saya pakai jilbab dobel warna biru dan hijau. Ketika pakai baju warna hijau, maka jilbab hijaunya jadi di luar, yang warna biru jadi lapisannya.
Atau misalnya, saya pakai baju panjang motif banyak warna, lalu saya padukan dengan outfit warna ungu, maka warna jilbabnya biru dan ungu, besoknya baru berubah posisi. Yang ungu di luar, yang biru di dalam. Dipadupadankan begitu saja.
Saya juga kadang memadukan jilbab motif dengan jilbab warna polos jika baju yang saya pakai hanya satu warna atau warna netral. Tinggal disesuaikan dengan warna baju ganti.
Itu sebabnya, saya kalau packing ya pada saat hari itu juga pas mau jalan. Tinggal pilih pakai baju ini baju itu, jilbab ini jilbab itu, sudah, masukkan deh ke dalam tas.
Terkadang suami saya terheran-heran melihat bawaan saya. "Cuma segitu aja bun bawaannya? Kayak mau ke pasar aja," seloroh suami. Mungkin karena saya terbiasa "backpacker" jadi tidak mau pusing dengan bawaan yang ribet. Yang peting, pakaian yang saya pakai terlihat rapi.
Teman-teman saya juga suka heran melihat tas yang saya bawa. Jika teman-teman terlihat isi tas punggungnya begitu penuh, maka saya tidak.
Kalau kawan saya, tiap hari celana panjang dan baju harus diganti. Dia tidak bisa celana panjang dan baju yang dipakai kemarin dipakai lagi, meski aktifitas kegiatan hanya di dalam ruangan yang juga ber-AC.
Jadi, bisa dibayangkan berapa banyak stel baju yang dibawanya. Kalau saya, tidak mau begitu. Selain berat, juga tidak praktis, belum lagi adanya "tumpukan" pakaian kotor.
Biasanya saya ke luar kota sangat jarang lama. Paling lama 4-5 hari, paling cepat 1 hari. Meski saya di luar kota lebih dari 2 hari, saya tetap bawa baju sedikit. Â Biar tidak berat dan menghindari adanya tumpukan baju kotor di tas.
Jadi, untuk menyiasatinya, saya biasanya memakai baju yang berbahan tipis yang tidak gampang kusut. Biar saat saya cuci cepat kering meski "dijemur" di kamar mandi dan ketika dipakai tidak perlu disetrika.
Kalau saya terpaksa harus membawa jaket (biasanya karena disuruh suami), jaket tidak pernah saya masukkan ke tas. Saya pakai, saya jadikan outfit. Jadi, tas saya tidak harus penuh sesak oleh jaket.
Saya juga kalau bepergian hanya membawa satu celana panjang yang itu pun saya pakai sebagai celana dalaman baju panjang saya. Jarang saya membawa celana panjang ganti. Biasanya celana jeans atau celana bahan yang mudah dipadupadankan dengan berbagai macam atasan.
Termasuk ketika Sabtu dan Minggu (10-11/10/2020) saat saya ada kegiatan Pelatihan Kewirausahaan dan Inovasi yang diadakan Kementerian Koperasi dan UKM di Hotel Lor Internasional (LORIN) Sentul, Bogor, Jawa Barat, saya malah tidak membawa baju ganti sama sekali.Â
Saya memang sengaja. Saya pun menyiasatinya dengan memakai baju panjang warna netral lalu saya lapisi dengan kaos lengan panjang yang saya jadikan outfit. Malamnya kaos ini saya pakai untuk tidur, dan besoknya saya pakai baju panjang polos hari kemarin yang sudah saya cuci. Simpel kan?
Oh iya, saya juga terkadang membawa panty liner saat bepergian. Membawa ini tidak memberatkan bawaan saya. Paling juga saya membawanya beberapa lembar saja. Ini untuk menjaga area kewanitaan agar tetap segar.
Jika tidak sempat berganti celana dalam, cukup membuang dan menggunakan panty liner yang baru. Tapi saya jarang memakainya. Saya membawanya untuk berjaga-jaga saja. Saya lebih sering mencuci celana dalam yang kotor biar bisa dipakai untuk dipakai esok hari.
Yang tidak boleh juga dilupakan oleh saya, yaitu membawa obat-obatan. Selain obat yang sudah diresepkan dokter, saya juga membawa obat mual, sakit kepala, obat herbal masuk angin, minyak kayu putih. Ini sih buat jaga-jaga saja kalau tiba-tiba saya atau kawan saya mengalami gangguan kesehatan.
Nah, kalau teman-teman menginap di hotel dalam waktu lama, yang tanpa repot, saran saya tak perlu membawa baju terlalu banyak. Bawa saja beberapa, dua juga cukup yang penting nyaman dipakai.Â
Begitu juga dengan celana panjang, bawa ganti 1 saja, yang penting bisa dipadupadankan, tidak gampang kusut, dan mudah dikeringkan. Saat baju sudah kotor, kita bisa mencucinya di kamar mandi hotel lalu menjemurnya.
Jaket atau sweater yang tebal jika disimpan dalam tas atau koper akan memakan ruang. Jadi, sebaiknya dipakai saja selama dalam perjalanan sehingga tas bisa diisi barang lain. Kalau merasa gerah, jaket atau sweater bisa diikatkan di pinggang yang membuat penampilan kita tetap terlihat fasionable.
Tidak ribet, bukan? Bagaimana, berminat mengikuti travelling tanpa ribet ala saya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H