Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Nyemil, Cara Hilangkan Kebosanan di Tengah Covid-19

30 September 2020   09:02 Diperbarui: 30 September 2020   09:10 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya menyebutnya ini kue kelapa. Mengolahnya juga gampang. Bahan-bahannya juga mudah didapat: kelapa parut, terigu, gula pasir, baking soda, susu cair. Kelapa parut ini sisa saat mengolah kolak pisang permintaan anak saya yang kecil. Kolak pisang memang kesukaan si kecil.

Melihat sisa kelapa parut itu saya jadi ingin membuat kue kelapa. Ini adalah camilan saat saya masih kecil yang sering dibuatkan ibu saya. Rasanya enak, seperti kue odading buatan kakak nenek saya yang sering saya makan. Kebetulan ia menjual aneka gorengan di rumahnya.

Sambil kembali mengenang masa kecil, saya pun mencampurkan kelapa parut, terigu, gula pasir, sedikit soda kue, susu cair, lalu adonan diaduk merata. Saya sangat jarang mengukur berapa takaran bahan-bahan itu diperlukan. Semua berdasarkan feeling saya saja atau sesuai selera saya.

Setelah adonan merata lalu saya goreng, seperti halnya menggoreng pisang atau bakwan. Tak butuh waktu lama, kue kelapa pun jadi. Mudah bukan?

Saya lantas sajikan di meja makan. Biar lebih nikmat, saya taruh margarin dan mesis. Kue kelapa dicocol margarin dan mesis lalu dimakan. Rasanya enakkk. Apalagi disantap dalam keadaan hangat.

"Kak Najmu nih udah jadi," saya memanggil anak kedua saya yang berada di kamar atas. Dia ini memang doyan makan dan paling gampang makan. Apa saja yang tersaji di meja makan, dimakan tanpa protes. Tidak pilih-pilih makanan.

"Enak bun?" tanyanya. "Enaklah. Ini camilan bunda waktu kecil yang sering dibuat enin. Dicocol margarin sama mesis, enak deh. Dicoba aja," kata saya.

Setelah dicoba, "Iya enak bun," katanya. Kami pun makan berdua sambil berkisah tentang masa kecil saya. Biasanya dulu usai bermain bersama teman-teman, ibu saya sering membuat cemilan "apa adanya".

Lalu mengalirlah cerita bagaimana saya dan kawan-kawan mengisi hari dengan kegiatan positif seperti bermain drama, belajar bersama, bermain boneka sambil bercerita, dan banyak lagi.

Selasa (29/9/2020) siang itu, obrolan saya dan anak saya terasa menyenangkan karena diselingi dengan tawa dan candaan. Sambil makan secara perlahan dan menikmati setiap gigitannya. Hmmm...lezatos...! Entah sudah berapa banyak kue kelapa itu masuk ke mulut kami berdua.

Saya tawari si mbak, jawabnya cuma "Iya bu, iya bu". "Cobain mbak. Biar tau rasanya," kata saya. Apalagi si mbak mengaku belum pernah membuat camilan seperti itu. Jadi, kalau dia mencicipi di rumah bisa dipraktekkan buat camilan orang rumah. Kebetulan si mbak yang membantu saya selama 9 tahun ini tidak menginap. Selesai urusan pekerjaan di rumah saya, ya pulang.

Mengajak anak saya ngemil atau membuat camilan, cara saya mencairkan kebosanan anak yang sudah selama 6 bulan ini terkurung di rumah. Yang tidak bisa ke mana-mana.

Mau main ke rumah teman yang masih satu kompleks saja saya melarangnya. Daripada terjadi yang tidak diinginkan ya lebih baik menghindari. Kecuali memang sangat urgen, dan itu pun setelah saya pikirkan berkali-kali baru saya mengizinkan.

Menurut saya, ngemil, apalagi dilakukan bersama anak-anak dan suami, bisa membantu mengurangi stres. Terlebih pandemi Covid-19 belum ada tanda-tanda kapan berakhir. Mengonsumsi camilan kala waktu luang bisa membuat kita rileks dan tubuh juga bisa mendapat waktu yang berkualitas untuk istirahat.

Biasanya sambil ngemil saya tanya bagaimana pelajaran yang diikuti. Apa keinginannya. Bagaimana perasaannya. Apa harapannya. Dan lain-lain obrolan ringan antara saya sebagai orangtua dan anak. Memberikan kesempatan bagi kami untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi. Dengan bercerita, anak juga bisa curhat sehingga keterbukaan pun tercipta.

Masak sendiri cenderung membuat saya lebih bahagia dan lebih sehat. Terpenting lagi, membuat cemilan sendiri secara tidak langsung menghemat pengeluaran saya. Pesan makanan secara online biasanya saya lakukan di akhir pekan. Biar dompet saya juga tidak kaget, apalagi kalau di akhir bulan hahaha...

Saat pandemi ini intensitas ngemil memang menjadi lebih sering karena untuk mengisi waktu atau mengurangi rasa bosan di rumah. Biasanya ketika saya bete atau bad mood, saya larikan dengan membuat camilan yang cara membuatnya simpel dan tidak merepotkan. Lalu saya tawarkan pada anak-anak. Makbar deh alias makan bareng.

Memilih asupan keluarga sepertinya memang menjadi "tugas penting" saya sebagai untuk seorang ibu. Selain mengenyangkan dan enak, tentu makanan yang dikonsumsi keluarga harus bernutrisi, termasuk camilan.

Dan, pagi ini anak kedua saya minta dibuatkan lagi kue kelapa. Dan, itu artinya terbukti enak kan? Tak masalah. Itu mah tidak merepotkan. Apalagi parut kelapa masih ada di kulkas. Saya memang jarang membuat cemilan dalam porsi lebih yang kalau tidak habis lantas dihangatkan. Kalau habis lalu ada permintaan baru saya bikin lagi.

Mau mencoba?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun