Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ambil Makanan Sendiri, Saya "Diadang" Pegawai Hotel

28 September 2020   22:21 Diperbarui: 29 September 2020   14:31 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tadi pagi saya menghadiri undangan Focus Group Discussion bertema "Optimalisasi Entrepreuneur Center dalam Pendampingan Usaha Mikro Penerima Banpres Produktif" di salah satu hotel di bilangan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat.

Dalam undangan yang saya terima di WhatsApp saya, kegiatan ini diadakan oleh Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), dengan jumlah peserta yang dibatasi.

Ini adalah aktifitas pertama saya sejak Gubernur DKI Anies Baswedan menarik rem darurat dan kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat. Meski agak khawatir dengan penyebaran Covid-19, tapi saya tetap berangkat. 

Saya penasaran juga sih, ingin melihat bagaimana situasi dan kondisi Jakarta saat ini. Bagaimana hotel menyikapi kebijakan itu mengingat kegiatan diadakan di hotel. Dengan membaca bismillah saya pun berketetapan hati memenuhi undangan itu.

Diskusi yang dimulai pukul 09.00 WIB itu berlangsung hingga siang. Panitia sudah mengingatkan saya sebelum pulang makan siang terlebih dulu. "Oh boleh ya makan di tempat? Bukankah makanan disimpan dalam kemasan untuk dibawa pulang?" Tanya saya dalam hati.

Kebetulan makanan prasmanan atau buffet disajikan di dekat ruang kegiatan, bukan di area restoran. Di meja disediakan botol hand sanitizer untuk membersihkan tangan. Mungkin protokol kesehatan Covid-19 harus begini meski di dekat pintu ruangan juga disediakan hand sanitizer. 

Lazimnya hidangan yang disajikan secara prasmanan, saya pun mengambil makanan yang kira-kira sesuai dengan selera lidah saya. Ketika saya baru mengambil nasi putih,  macaroni daging, dan tumis cumi, saya "dihadang" oleh pegawai hotel (waiter?)

"Bu, ada yang bisa saya bantu? Ibu mau makan apa aja. Sini saya yang ambilkan. Peraturannya pegawai hotel yang mengambilkan makanan bu, bukan tamu hotel," kata pegawai hotel dengan seragam khas celemek dan topi yang agak memanjang, yang berdiri persis di depan saya dan memegang piring saya. 

Dari sorot matanya saya melihat ada rasa kaget ketika melihat saya mengambil makanan sendiri. Seperti ada rasa bersalah karena membiarkan ini bisa terjadi.

"Oh, begitu ya. Jadi nggak boleh ambil sendiri? Harus sama petugas? Oh peraturannya begitu ya? Protokol kesehatannya begitu?" tanya saya memastikan. Ya kan penasaran juga saya. Pria muda yang mengenakan masker, face shield, dan sarung tangan itu pun menjawab iya.

"Tapi ini sudah tanggung, bagaimana?" tanya saya. Lha masa saya harus menyerahkan piring saya kepada petugas? "Oh ya sudah bu, nggak apa-apa dilanjut saja," katanya. 

Kemudian saya melihat petugas melakukan hal yang sama pada tamu yang lain. "Oh begitu ya. Kok dia boleh ambil sendiri?" kata tamu perempuan sambil pandangannya mengarah kepada saya. "Kalau saya sudah terlanjur, bu. Sudah tanggung," jawab saya.

Lalu, pegawai itu pun mengambilkan makanan sesuai permintaan tamu. "Yang ini mas, tapi nggak usah banyak-banyak," kata perempuan yang juga peserta FGD yang posisi di seberang pegawai sambil menunjuk makanan apa saja yang diinginkan.

Saya perhatikan pegawai hotel yang bertugas melayani tamu di bagian prasmanan hanya seorang. Jika jumlah tamu sekitar 40 orang, berapa lama waktu yang dibutuhkan? Saya menghitung mungkin sekitar 1 jam?

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Tapi syukurlah, saya perhatikan tidak semua tamu makan dengan sajian prasmanan. Jadi, perkiraan saya meleset terkait waktu yang dibutuhkan pegawai hotel untuk melayani semua tamu. 

Selain hidangan buffet, ada banyak sajian lain yang disediakan namun ditata di 4 penempatan terpisah, yang masing-masing dijaga oleh 1 pegawai.

Ada penempatan hidangan jenis mie kuah, ada juga penempatan hidangan dessert seperti kue, buah, minuman. Selain itu, ada penempatan hidangan sop cream, gado-gado, dan tahu bumbu, serta ada penempatan hidangan untuk jenis soto. Semuanya diambilkan oleh pegawai, tamu hanya tinggal bilang.

Ini adalah adaptasi kebiasaan baru yang sepertinya baru kali ini saya alami. Saya memang pernah menghadiri agenda kegiatan di hotel lain ketika new normal mulai diterapkan, tapi makan siang buat tamu sudah dikemas untuk dibawa pulang. Tidak untuk dimakan di tempat. Apa setiap hotel berbeda dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19? 

Saya memang pernah membaca Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekfraf) menerbitkan protokol kesehatan berbasis CHSE (cleanliness, healthy, safety, and enviromental sustainability) untuk hotel dan restoran, tapi apakah protokol kesehatan Covid-19 seperti itu?

Sudahlah, tak perlu saya pusingkan juga. Toh penerapan protokol kesehatan seperti itu untuk kebaikan bersama juga. Ini bisa saya maklumi untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Siapa yang bisa menjamin di antara para tamu "tidak membawa" virus Corona, termasuk saya?

Ketika tamu memegang sendok yang sama untuk mengambil makanan, lalu orang berikutnya menyentuh sendok yang sama, kemudian diikuti tamu berikutnya lagi, lantas melakukan kontak dekat dengan orang lain bisa saja berpotensi terjadi penularan virus corona. Terlebih sekarang banyak yang terpapar tanpa gejala (Orang Tanpa Gejala).

Untuk mencegah hal ini terjadi, maka pegawai hotel saja yang mengambilkan. Terlebih dia memakai sarung tangan sehingga menjadi lebih aman ketika memegang sendok karena tidak tersentuh tamu hotel. Aman kan? Tamu juga tidak perlu repot.

Menurut saya, jamuan prasmanan akan lebih aman jika ada pelayan yang menyendokkan makanan ke piring para tamu. Terlebih peralatan makan pun tidak disentuh oleh banyak orang, hanya ada satu orang yang memegang sendok tersebut, yaitu pelayan.

Pihak hotel juga menata sedemikian rupa meja di ruangan. Untuk menghindari penularan Covid-19, dalam satu meja bundar yang ukurannya cukup lebar dibatasi hanya diisi 4 orang. Ini untuk menghindari makan bersama dengan kelompok yang besar. Makan dalam kelompok lebih kecil akan membantu meminimalkan penularan.

Dengan penerapan protokol kesehatan Covid-19 yang diterapkan pihak hotel dan tamu hotel, saya (dan masyarakat lainnya) jadi tidak perlu khawatir untuk menghadiri agenda pekerjaan yang diadakan di hotel. Cara yang terapkan hotel ini bisa jadi sama dengan hotel lain sehingga menghindari terbentuknya klaster baru penularan.

Semoga Covid-19 segera berlalu sehingga semua aktifitas benar-benar kembali normal tanpa harus khawatir lagi akan terkena virus Corona. Dengan begitu, perekonomian kembali menggeliat. Dan, semua kalangan bisa kembali tersenyum menatap masa depan yang cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun