Ada apa dengan paha mulus? Kok jadi "pergunjingan" di ranah politik? Saya jadi penasaran. Saya tulis di FB saya "ada apa dengan paha mulus?" eh kawan saya malah balik bertanya, "Soal paha ayam ya?"Â
Setelah saya cari-cari informasi (karena saking penasarannya), ternyata mengenai cuitan yang dibuat dibuat oleh elite Partai Demokrat Cipta Panca Laksana.
"Paha calon wakil walikota Tangsel itu mulus banget," demikian cuitan Panca pada akun Twitter-nya, @panca66, seperti dilihat detikcom, Sabtu (5/9).
Saya yang membaca cuitan itu lantas membayangkan paha mulus seorang calon wakil Walikota Tangerang Selatan. Pasti dia seorang perempuan, meski cuitan itu tidak menyebutkan nama. Seorang perempuan yang memakai rok lantas terlihat pahanya yang mulus.
Dalam benak saya paha mulus identik melekat pada sosok perempuan. Tidak mungkin juga kan seorang lelaki normal menulis cuitan seperti itu untuk paha seorang lelaki?Â
Apa kata dunia seorang lelaki ("terpandang") mengomentari paha seorang laki-laki lain? Lha menulis cuitan seperti itu saja dunia perpolitikan seketika menjadi gaduh.Â
Meski dia tidak menuliskan nama, sudah bisa dipastikan maksud cuitan itu menyasar paha seorang perempuan. Terlebih setelah ditelusuri calon wakil Walikota Tangsel itu seorang perempuan bernama Rahayu Saraswati Djojohadikusumo. Nama yang sangat perempuan.Â
Ya memang kandidat bakal calon Wakil Wali Kota Tangsel semuanya adalah lelaki, kecuali Rahayu. Tapi tidak masuk akal juga kan kalau cuitan itu diarahkan kepada lelaki?
Apa ada makna lain dari kalimat itu? Apakah kata paha mulus bermakna ganda? Apalagi kata itu disandingkan dengan "calon wakil walikota". Jadi, menurut saya sebagai orang awam, jelas untuk menggambarkan kondisi paha mulus seorang perempuan yang tak lain calon wakil Walikota Tangsel.
Bagaimana dia bisa tahu paha calon Wakil Walikota Tangsel mulus? Apakah dia melihat secara langsung saat perempuan itu mendaftarkan diri ke KPU setempat? Atau jangan-jangan dia melihat di lain kesempatan, ketika mungkin saja tengah berolahraga? Atau ia melihat dalam khayalannya saja?
Saya yang seorang perempuan saja membayangkannya seperti itu. Bagaimana dengan yang lain? Bisa jadi seperti yang saya bayangkan. Jadi, ciutannya itu menurut saya sudah mengarah pada "perbuatan asusila", "perbuatan cabul", perilaku tak senonoh, pelecehan seksual.Â