"Saya masih tradisional mengolah semuanya", imbuh Darmono. Meski begitu, ia tetap menjaga unsur higienitas dari produk sambelnya. Kedua karyawannya bertugas memasukkan sambel ke botol, dengan kostum bersih dan tertutup.
Namun, untuk pemasaran, Darmono sudah memanfaatkan kemajuan teknologi melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan yang lainnya. "Pesanan sambel mulai banyak melalui Medsos", kata Darmono.
Darmono mengatakan, sejak awal usahanya sekitar akhir tahun lalu, dirinya banyak memanfaatkan sarana media sosial untuk mempromosikan dan memasarkan produk sambel khasnya. "Alhamdulillah, animo konsumen tetap tinggi," kata Darmono.
Dengan titik terang yang diraih dari bisnis sambelnya itu, Darmono mengajak generasi muda kalangan milenial untuk mulai berani melangkahkan kaki menjadi wirausaha pemula.Â
"Bagi saya, berbisnis itu berproses mulai dari titik nol, membuka banyak jaringan untuk pemasaran, dan menjaga kepercayaan konsumen", tandas Darmono.Â
Kemasan produk juga menjadi syarat yang tidak bisa dianggap remeh. "Kemasan itu menjadi hal penting yang tak bisa diabaikan, karena berkaitan dengan tingkat rasa estetika konsumen", kata Darmono.
Darmono berpesan, jangan membangun sebuah bisnis bila pasarnya belum terbentuk dan belum terlihat. "Langkah berikutnya adalah membangun pasar-pasar baru", ucap Darmono.
Keseriusan Darmono menekuni eSambelin Cak Mono tak bisa diragukan lagi. Terbukti, usaha sudah memiliki IUMK (ijin usaha mikro dan kecil). "Hak merek dan BPOM dalam proses pengurusan", sebut Darmono.
Oh iya, sejumlah pejabat negara sudah mencoba produk eSambelin. Sebut saja Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga atau juga Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, termasuk Andi F Noya. Dan, banyak lagi.
Inspiratif banget kan kawan saya ini. Kalau mau mencoba silakan intip Facebook dan IG kawan saya, ya. Ketik saja namanya atau nama produknya. Pasti ada!