Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Komunitas The Gift Berbagi kepada Sesama

1 September 2020   20:32 Diperbarui: 24 Mei 2021   23:37 2974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi Karamel, Cara The Gift Berbagi kepada Sesama (unsplash/jessica lewis)

Sudah pernah mencoba minuman kopi karamel bermerek "haraus"? Baru dengar? Saya juga baru kali ini mendengarnya. Ternyata ini adalah produk minuman yang dibuat anak-anak mahasiswa di Bandung.

Perkenalan saya dengan minuman ini juga tidak disengaja. Tadi siang sewaktu saya sebentar lagi sampai Stasiun Sudirman setelah berjalan kaki dari kantor Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang di jalan Imam Bonjol, saya dihampiri lelaki muda yang mengaku mahasiswa. 

Dia tidak sendiri, tetapi bersama beberapa kawannya yang juga melakukan hal yang sama dengan dia. 

"Permisi kakak," sapanya ramah dengan senyumnya yang mengembang. Saya tidak mau bilang senyumnya manis. Khawatir pria muda dengan perawakan tinggi itu jatuh terjerembab. Dia meminta waktu saya sebentar.

Baca juga : Setelah Senja (84): Sisi Lain di Penghujung Kopi

Dia memperkenalkan nama, tapi saya lupa namanya siapa. "Kakak sudah pernah mendengar minuman Haraus?" tanyanya yang saya jawab "belum". 

Lalu dia pun menjelaskan kalau produk minuman itu hasil buatan anak-anak mahasiswa yang tergabung dalam komunitas "the Gift". Sebuah komunitas yang berbagi nasi kepada anak-anak jalanan dan orang-orang tidak mampu.

Komunitas yang terdiri dari beberapa orang yang tersebar di Jawa Barat ini berdiri sekitar dua tahun yang lalu, dan terdiri dari mahasiswa, pelajar, dan karyawan.

Ia pun memperlihatkan Instagram bernama "Haraus" melalui handphonenya kepada saya. Tagline produknya tertulis "Manisnya kopi tak semanis janji mantan". Jari-jari beberapa kali menggeser layar hp untuk memperlihatkan orang-orang yang sudah "mejeng" bersama Haraus.

Produk minuman ini dijual seharga Rp25.000 per botol. Hasil keuntungan dari satu botol itu akan disisihkan untuk disalurkan kepada anak tidak mampu dalam bentuk nasi box. Dia meminta saya untuk mensupportnya. 

Tapi bukan dalam bentuk sumbangan uang tunai, melainkan dengan membeli produk tersebut. Terserah mau beli berapa. "Di sini kami tidak menerima sumbangan dalam bentuk uang karena dikhawatirkan disalahgunakan, tapi menerima sumbangan dalam bentuk makanan."

"Kakak kerja atau kuliah?" tanyanya. "Kelihatannya?" saya balik bertanya.
"Kayaknya masih kuliah ya?" jawabnya tersenyum. 

Baca juga : 5 Jenis Sumbangan Kebutuhan ke Panti Asuhan Selain Uang

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saya pun tertawa mendengar jawaban itu tanpa membantah atau mengiyakan. "Wah, sama dong dengan saya yang calon sarjana," ujarnya tersenyum. 

"Pasti senyum kakak manis, semanis kopi karamel haraus," katanya. "Dari mana bisa tahu senyum saya manis? Kan saya  pakai masker begini," kata saya. Kami pun tertawa.

Lalu ia kembali menjelaskan, nanti, bersama komunitas "the Gift" keuntungan yang sudah disisihkan disalurkan kepada anak-anak dan warga tidak mampu. Makanan yang dibagikan tergantung dana yang ada, jadi menu juga bervariatif.

Berhubung saya bawa uangnya pas-pasan (benaran, uang di tangan hanya ada Rp50.000), saya pun hanya membeli satu botol. Varian rasa susu setelah saya tanya hanya rasa karamel saja. 

"Ini bisa awet berapa lama?" tanya saya. "Karena produk kami tidak pakai bahan pengawet, jadi saya sarankan diminum hari ini juga. Paling lama nanti sore," jelasnya. 

Berhubung saya tidak suka minum kopi, apalagi kopi kekinian dengan bermacam-macam rasa, jadi tidak saya minum. Saya bawa pulang. Mungkin anak saya yang mau meminumnya. Kalau suami, jelas tidak suka minum kopi yang begini. Dia lebih suka kopi hitam jadul bermerek "Liong". 

Baca juga : Mahasiswa Undip Membantu Komunitas dengan Sumbangan Alat Kesehatan

Tak lupa dia minta ijin untuk memoto saya sambil memegang minuman itu. Katanya sih buat diupload di IG-nya dengan nama "haraus". 

"Apa fotonya perlu diulang?" tanyanya yang saya jawab tidak usah. Lagi pula tidak ada yang tahu siapa saya dengan wajah tertutup seperti begini. 

Ya, banyak cara untuk berbagi dengan sesama. Tidak perlu dari sesuatu yang mahal. Salah satu contohnya, kita bisa menyumbang dengan membeli minuman ini. @harauscoffe akan menyisikan sebagian uang yang kita berikan dari pembelian kopi tersebut untuk dibuat menjadi nasi kotak yang nantinya akan dibagikan bagi anak-anak yang membutuhkan.

Jadi, kalau teman-teman suatu ketika berjumpa dengan anak-anak muda yang menawarkan produk minuman, jangan menghindar ya. Beli saja. Beli 1 botol juga tidak apa-apa. 

Dengan cara begini, setidaknya kita juga ikut berbagi. Selain haus menjadi hilang, kita juga sudah ikut menebar kebaikan.

Oh iya, produk yang dijual berbeda-beda "merk" tergantung dari kreasi dari para anggota komunitas. Inspiratif juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun