Bagus sih. Tujuannya juga luhur. Tapi, apakah KAMI yang juga dihadiri Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo dan Profesor Rochmat Wahab, juga ada strategi politik yang akan ditebar? Rasanya sulit dipercaya kalau tidak ada "kepentingan politik" di dalamnya. Apa sayanya saja yang terlalu naif?
Apakah benar untuk "mengancam" kekuasaan Joko Widodo sebagaimana yang dituduhkan? Apakah serendah itu?
Saya jadi berpikiran, mungkin karena merasa "terancam", di tengah isu resufle kabinet yang entah sudah jilid ke berapa, Jokowi pun menawarkan posisi jabatan strategis. Apakah akan diterima? Jika diterima apakah aksi KAMI akan mengendur, atau bahkan bubar?
Kalau berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya ya bisa jadi demikian. Ya lihat saja dulu aktivis yang kerap menyampaikan kritikan kepada pemerintah, ketika berada dalam lingkaran kekuasaan, mulutnya langsung bungkam. Â
Saya percaya Pak Din yang saya kenal (sempat menjadi saksi pernikahan saya) tidak seperti yang dituduhkan. Pak Din, tidak demikian adanya. Perkataannya bisa dipegang.
Tapi ya sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi. Pusing juga kepala saya. Saya yang tidak terbiasa menulis politik, lha kok jadi sok-sokan ngomongin politik. Makanya analisis saya ngawur dan tidak berbobot.
Nah, mumpung lagi kekinian saya juga mau ah mendeklarasikan KAMU alias Koalisi Aksi Mempererat Ukhuwah. Ukhuwah ini maksudnya persaudaraan sesama anak bangsa. Meski kata ukhuwah berasal dari bahasa Arab yang artinya persaudaraan, siapa saja bisa masuk kok ke dalam KAMU. Bebas.
Yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dari berbagai suku bangsa dan lintas generasi silakan bergabung dengan KAMU. Sumbangkan ide-ide pemikiranmu agar ikatan persaudaraan tidak mudah goyah, atau bahkan lepas.
Tidak mau kan keutuhan NKRI yang terbangun dari rasa persatuan dan kesatuan anak bangsa hancur lebur gegara adanya gangguan dari pihak-pihak yang ingin terjadi perpecahan di negara kita?
KAMU akan saya jadikan momentum mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Pas banget kan? Apalagi masih di bulan kemerdekaan.
"Kita bersaudara. Kita punya Pancasila, kita NKRI. Hentikan saling menyakiti dan melempar fitnah. Hentikan saling menghujat. Mari, kita saling menghormati. Kita bersatu untuk Indonesia." Begitu pidato saya. Pantas tidak?