inilah rumah Tuhanku
sering kulihat di hiasan dinding, juga buku
memandangmu aku terpaku
takjub yang membeku
selepas ibadah
beralaskan sajadah
aku berdiri menengadah
dengan hati merendah
aku sering makan kurma
tapi ke rumahMu ini kali pertama
kudatangi penuh makna
dan menatapmu begitu lama
di antara debu-debu
namaMu kulantunkan penuh syahdu
meski terdengar tak merdu
aku pun menangis tersedu-sedu
di sini, aku mengadukan diri
atas sakit yang sudah Engkau beri
kiranya kuat melawan rasa nyeri
dengan senyuman yang berseri
rintihan di sudut hajar aswad-Mu itu
di antara lambaian mengitari pintu
aku memohonkan doa-doa restu
yang kupanjatkan satu-satu
langit yang mulai senja
namaMu masih kupuja puja
karena aku masih ingin bermanja-manja
tuntaskan rindu yang tak mampu ku eja
di bawah naungan Baitullah
tak ku rasakan lelah
bagiku ini adalah
kebahagiaan hakiki, Alhamdulillah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H