Karena pada kenyataannya, banyak ditemui orang menguasai teorinya, namun keliru dalam penerapannya. Ya seperti saya ini. Bisa jadi apa yang saya ajarkan kepada anak-anak saya belum sepenuhnya benar.
Ilmu tajwid sendiri sudah saya pelajari sedari saya kecil. Namun ternyata bekal "penguasaan" ilmu tadjwid bukan berarti lantas bacaan Alquran saya baik dan benar. Nyatanya saya belum membaca Alquran dengan tartil.
Untuk itu, saya pun merasa perlu belajar tahsin Al-Qur'an agar bacaan saya terhindar dari kesalahan-kesalahan. Kebetulan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Ihsan Permata Depok memiliki program belajar tahsin.
Jadi, saya pun memutuskan ikut serta. Kalau dipikir-pikir terlambat juga sih saya. Bayangkan saja selama 16 tahun tinggal di kompleks ini masa baru sekarang ikutan tahsin? Ke mana saja saya selama ini?Â
Apa karena saya merasa sudah "lancar" baca Alquran? (Ah...betapa sombongnya saya). Kalau ikutan majelis taklim sih sudah beberapa kali (itu juga tergantung dengan ada tidaknya agenda pekerjaan saya. Duh kebangetan banget ya saya!).
Dengan belajar tahsin, guru akan mengoreksi langsung dan diberikan contoh pelafalannya serta penjelasan hukum dari ayat yang kita baca. Misalnya suatu bacaan apakah dibaca dengan idgham (mendengung) atau ikhfa (samar).
Intinya kita belajar tahsin ini bagaimana kita mempersembahkan bacaan yang terbaik kepada Allah. Kita tak perlu berkecil hati. Selama masih diberi nafas, selama itu kita diberi kesempatan untuk belajar. Dan, yang jelas belajar tahsin pun mendapatkan pahala. Saat membaca dapat pahala, bacaan diulang-ulang juga dapat pahala
"Tidak perlu malu belajar tahsin. Saya juga dulu waktu belajar tahsin masih terbata-bata sampai saya diledekin anak saya," ucapnya lagi ketika saya merasa seperti anak TK saja harus mengulang-ulang pelajaran tahsin yang saya ikuti.
Katanya, jadikan tahsin itu prioritas, bukan sampingan. Apabila kita jadikan prioritas maka kita selalu berusaha dan bersemangat untuk selalu belajar yang hasilnya pun akan kita rasakan.
Jangan malu untuk terus belajar mengaji meski usia tidak muda lagi, tapi malulah sudah besar tapi belum bisa mengaji juga. Maka saya pun meluangkan waktu untuk belajar tahsin, bukan menunggu waktu luang.