Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Istana Siak Indrapura, Catatan Sejarah Bergabungnya Kesultanan Siak ke NKRI

13 Agustus 2020   15:40 Diperbarui: 13 Agustus 2020   15:34 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya berada di Istana Siak Indrapura. Sebagaimana namanya, istana ini berada di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Tepatnya di Jl. Sultan Syarif Kasim. Setelah saya menuntaskan agenda pekerjaan, saya pun berkesempatan ke sini. 

Kabupaten Siak dikenal dengan sebutan 'Siak Kota Istana'. Rupanya di kabupaten yang baru berusia 21 tahun ini masih berdiri Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur atau Istana Siak Sri Indrapura.

Keberadaan istana ini menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Kalau bertanya kepada penduduk setempat tempat wisata di daerah sini, saya selalu mendapat jawaban, "Tidak ada tempat wisata di sini bu, paling istana aja atau masjid sultan."

Istana Siak Sri Indrapura -- Istana Siak adalah tempat kerajaan Siak pada masa penjajahan dahulu. Di istana itulah tempat Raja Siak tinggal dan di situ jugalah tempat menyebarnya agama Islam.

Istana megah ini peninggalan Kesultanan Siak. Pada masanya ini adalah kerajaan Islam terbesar di Riau pada abad 16 - 20. Istana Siak ini dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaiffudin pada 1889.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Tidak banyak yang tahu di awal kemerdekaan, Sultan Siak menyumbang uang 13 juta gulden atau setara dengan 1,7 triliun. Uang yang cukup besar di masa itu. Uang ini digunakan sebagai modal awal berjalannya pemerintahan di masa kemerdekaan. 

Masyarakat selama ini lebih tahunya kisah Aceh yang menyumbang pesawat terbang untuk Indonesia. Ternyata Siak pun punya jasa atas Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tak hanya itu. Sultan Syarif Kasim II juga menyerahkan mahkota Kerajaan Siak kepada Soekarno di Istana Negara pada 1945 sebagai simbol bergabungnya Kesultanan Siak dan 12 wilayah kekuasaannya ke NKRI. Mahkota berlapis emas dan bertahtakan berlian ini sampai sekarang masih tersimpan di Museum Nasional.

Ketika saya berada di kabupaten ini pada 19-20 September 2018, saya pun berkesempatan ke sini. Menyaksikan sejarah kejayaannya melalui peninggalan-peninggalan kesultanan di sini. Jadi tidak lagi sekedar katanya-katanya, tapi melihat secara langsung.

Untuk memasuki Istana Siak Sri Indrapura, pengunjung dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 10.000/orang untuk dewasa dan Rp 5.000/orang untuk anak-anak. Istana yang kini dikelola oleh Pemda Kabupaten Siak ini buka untuk umum setiap hari pukul 09.00-17.00.

Istana Siak Sri Indrapura adalah kediaman resmi Sultan Siak yang memiliki luas 32.000 meter. Kompleks Istana Siak terdiri dari 4 istana yaitu Istana Siak, Istana Padjang, Istana Lima, dan Istana Baroe yang lokasinya ada di sebelah barat bangunan utama. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Bangunan Istana Baroe ini didirikan pada masa sultan yang terakhir. Dilengkapi dengan selasar yang ada di sebelah kiri yang fungsinya untuk menatap bintang. Di selasar inilah keluarga raja bercerita dan bercengkerama.

Istana Siak ini sudah ada sejak tahun 1.723. Saat memasuki bagian dalam Istana Siak Sri Indrapura, saya menjumpai banyak barang peninggalan yang masih terawat dengan baik. 

Beberapa di antaranya bahkan masih berfungsi sebagaimana mestinya. Mulai dari singgasana raja, replika mahkota raja, aneka keramik alat makan, hingga kursi kristal yang dibuat pada  1896.

Ketika masuk ke dalam istana, suasana kerajaan akan semakin terasa. Kita akan melihat replika-replika raja dan anggota kerajaan yang tengah bermusyawarah. Terdapat cermin yang jumlahnya mencapai 50 dengan ukuran yang begitu besar.

Dahulu cermin-cermin ini digunakan untuk mengawasi bagi mereka yang datang ke kerajaan. Cermin ini juga digunakan untuk memantulkan cahaya, sehingga suasana di kerajaan menjadi lebih terang.

Saya menemukan peninggalan berupa cermin Kristal di salah satu sisi bangunan. Katanya, cermin tersebut dapat membuat kita selalu terlihat cantik dan awet muda. Saya pun beberapa kali bercermin. Siapa tahu saya benar-benar terlihat awet muda.

Bangunan yang terdiri dari 2 lantai ini memiliki arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Pada lantai bawah, ada 6 ruangan yang difungsikan sebagai ruang tunggu tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu perempuan, ruang sidang kerajaan yang juga difungsikan sebagai ruang pesta. Pada lantai atas terdiri  9 ruangan yang berfungsi sebagai tempat istirahat Sultan serta para tamu istana.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Di bagian halaman istana, saya menemukan 8 meriam yang tersebar di berbagai sisi halaman istana. Di bagian kiri belakang istana, ada bangunan kecil yang dulunya digunakan sebagai penjara sementara. Selain itu, terlihat pula satu koleksi peninggalan kerajaan berupa perahu kuno bernama "Kapal Kato" yang dulunya digunakan Sultan untuk mengunjungi daerah-daerah kekuasaannya.

Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah pada 1723 M. Kerajaan Melayu Islam terbesar di Riau ini mengalami masa kejayaan pada abad ke-16 hingga ke-20. Istana Siak Sri Inderapura merupakan kediaman resmi Sultan Siak.

Kerajaan ini adalah pecahan dari Kerajaan Melayu. Dua tokoh kerajaan yaitu Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja Kecil) dan Sultan Suleiman yang dibantu oleh Bugis, berseteru. Karena kalah, Sultan Abdul Jalil menyingkir.

Ia pun berpindah-pindah tempat ke Johor, Bintang, Bengkalis, dan akhirnya pedalaman Sungai Siak, Buantan. Ibukota Kerajaan Siak pun sempat beberapa kali pindah, di antaranya di Buantan, Mempura, Senapelan, Mempura. Terakhir ibukota berlokasi di Kota Tinggi atau Siak Sri Indrapura, lokasi Istana Siak saat ini.

Bagi saya berkunjung ke Istana Siak bukan semata-mata untuk "jalan-jalan" tetapi juga untuk mempelajari sejarah yang berguna untuk menumbuhkan semangat dan nilai-nilai nasionalisme yang dapat memperkuat identitas bangsa dalam diri saya, yang tentunya bisa saya tularkan kepada anak-anak saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun