Ketika saya baru saja menjejakkan kaki di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten, pada 19 September 2018, saya diajak sarapan makan durian. Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi.
Kota Pekanbaru sendiri merupakan ibu kota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera.
Pagi-pagi saya diajak sarapan durian? Apa tidak bermasalah dengan perut?Â
Katanya, jangan bilang pernah ke Pekanbaru kalau belum mencicipi ini. Karena saya suka makan durian, saya pun setuju. Lagi pula saya penasaran. Beberapa kali ke Pekanbaru, rasanya belum pernah sarapan durian.
Saya pun diajak ke Fifa Pondok Durian yang berlokasi di jalan Sudirman. Jaraknya sih sepertinya tidak begitu jauh dari Bandara Sultan Syarif Kasim II. Kira-kira tidak sampai 30 menit untuk sampai ke sini.
Sesampainya di sini, kedainya baru buka. Saya bersama rombongan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) menjadi pengunjung pertama ke kedai ini. Kami pun duduk.
"Tety, ayo cobain sarapan durian pakai ketan. Belum pernah coba kan? Jangan pernah bilang sudah ke Pekanbaru kalau belum mencicipi ini," kata pak Ahmad Anshory, yang dibenarkan dr. Zainal Abidin, keduanya anggota DJSN (periode 2014-2019).
Saya pun mencobanya. Dan, memang ini baru pertama kalinya saya sarapan durian. Nasi ketan yang ada di piring pun saya santap pakai durian. Ternyata enak juga. Entah sudah berapa butir durian masuk ke mulut saya.
Kalau di Jawa, umumnya nasi ketan disantap dengan sambal kacang atau goreng tempe, lha ini disantap dengan durian?
Saat dimakan ada rasa yang lain yang tidak biasa. Sangat sensasional, perpaduan wangi dan gurih nasi ketan dengan wangi dan manisnya aroma durian. Rasanya jelas nikmat.