Tadi pagi, anak saya yang kecil mendapat tugas mengolah makanan dari bahan dasar umbi-umbian: singkong, ubi jalar, kentang. Bahan-bahan ini bisa diolah jadi perkedel, getuk, atau apa saja.
Karena saya malas belanja ke luar, saya pun lihat-lihat apa kira-kira yang bisa dimanfaatkan. Buka kulkas tidak ada apa-apa kecuali daging. Lalu saya ingat ada bawang bombay.
Ya sudah, pakai bawang bombai sajalah. Kan sama-sama "keluarga" umbi-umbian juga meski tidak termasuk yang disebutkan oleh ibu guru. Bawang bombay ini akan saya kasih tepung bumbu, lalu digoreng seperti yang sering saya dapati di restoran atau di hotel. Tapi tidak pernah saya sentuh karena tidak tahu bagaimana rasanya.
Sebagaimana arahan saya, si kecil pun menguliti bawang bombay yang cuma ada satu itu, lalu memotongnya kecil-kecil, memberi tepung, lalu goreng deh. Semua prosesnya harus divideokan lalu dikirim ke ibu guru (yang setelah dinilai dapat 80)
"Ayo dicobain, enak deh," kata saya pada anak-anak saya. "Emang enak?" tanya anak kedua saya. "Ya enaklah apalagi kalau dimakannya panas-panas begini. Coba aja," kata saya, padahal saya sama sekali belum pernah merasakannya.
Anak-anak pun mencicipi. "Enak," kata anak saya. "Rasanya kayak bakwan," kata si kecil. Saya coba memang enak ternyata. Dan, cemilan itu jadi rebutan anak-anak. Semakin enak setelah dicocol saus sambal.
Karena si kecil tidak kebagian, ia pun menangis. "Bunda mah curang, masa yang dikasih kakak, aku kan juga mau. Tadi kan aku bilang mau," katanya.
Lalu saya janjikan nanti sore saya buatkan lagi. Jadi setelah mendampingi si kecil belajar, saya pun belanja di tengah rasa malas saya ke luar rumah.
Sorenya, saya pun mengolah lagi setelah anak-anak selalu menanyakan, "Bunda nanti mau goreng bawang bombay lagi?"
Dua butir bawang bombay akhirnya saya potong-potong, saya tepungi, lalu goreng. Saya suguhkan ke anak-anak. Dan, ternyata suami juga suka.