Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulau Bintan, Surga Dunia di Laut Cina Selatan

11 Agustus 2020   16:00 Diperbarui: 11 Agustus 2020   15:57 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelong itu menjorok ke tengah Laut China Selatan yang tenang. Sayangnya, karena malam saya tidak bisa menikmati keindahan alam secara sempurna. Hanya ketenangan yang mengalir bersama hembusan angin.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Di sini, untuk pertama kalinya saya makan siput gonggong. Katanya, siput ini hanya ada di Kepulauan Riau, Bangka Belitung. Siput ini menjadi ikon Kepulauan Bangka Belitung. Siput ini memiliki cangkang berwarna cokelat kekuningan atau keemasan. Daging siput gonggong ini rasanya lezat dan punya kandungan protein yang tinggi.

Dilihat dari cara mengolahnya sangat sederhana, namun yang menentukan kesempurnaan rasanya adalah sambalnya. Pilihan sambalnya bervariasi, bisa saos sambal, saos kacang, saos kecap, hingga saos nanas dan bawang. Pokoknya, sesuai selera masing-masing.

Puas menikmati sajian makan malam, kami pun pulang dengan rute yang sama. Namun, di pertengahan jalan kami diajak ke area Hutan Mangrove Kunang-Kunang. Sebagaimana namanya hutan ini dipenuhi dengan kunang-kunang cantik yang berterbangan dengan kilauan cahayanya.

Cahaya yang keluar dari tubuh kunang-kunang berpadu di malam gelap benar-benar menakjubkan saya. Menurut penjelasan guide yang menemani kami, kunang-kunang ini tidak muncul di tiap malam.

Dia juga menjelaskan perbedaan kunang-kunang jantan dan kunang-kunang-kunang betina. Kalau kunang-kunang jantan pendaran cahayanya berkedip lebih cepat, sementara kunang-kunang betina lebih lambat. Sayang, kami tidak diijinkan untuk mengambil foto. Jadi tarian indah kunang-kunang itu pun hanya terekam di memori saya.

Usai menyusuri hutan mangrove, kami pun kembali ke resort. Waktunya beristirahat mengingat besok siang saya dan kawan-kawan harus kembali ke Jakarta. Rasanya ingin berlama-lama di sini. Saya serasa tak ingin meninggalkan Pulau Bintan. Karena surga dunia di Laut Cina Selatan ini sangat memesona. Saya pun langsung jatuh hati padanya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun