"Tet, tanggal 28 bisa ikut ke Belu nggak?" tanya kawan saya melalui pesan WhatsApp, 25 April 2019.
"Belu, NTT?" tanya saya, yang dijawab "Iya". Karena saya belum pernah ke Belu, saya langsung menjawab, "Bisa".
Wah, ke Belu? Senyum saya langsung mengembang. Walaupun saya sudah pernah ke Nusa Tenggara Timur, tapi ke Belu belum sekalipun ke sana. Apalagi sampai ke perbatasan Atambua - Timor Leste. Soal perbatasan ini saya baru sebatas dengar-dengar saja.
Berpetualang sampai ke perbatasan Indonesia-Timor Leste di Atambua, NTT, jadi pengalaman menarik buat saya. Masa selama saya hidup belum pernah ke sini, padahal sama-sama di Indonesia. Atambua sendiri adalah pusat dari Kabupaten Belu di NTT.
 ***
Untuk bisa sampai ke Kabupaten Belu, Atambua, dari Bandara Soekarno Hatta tidak bisa langsung ke Atambua. Saya dan beberapa staf dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan UMKM (LPDB KUMKM) harus transit terlebih dahulu ke Bandara Al Tari, Kupang. Nah kalau ke Kupang saya sudah beberapa kali.
Sesampainya di Bandara Al Tari, sambil menunggu staf humas LPDB mengurus tiket untuk ke ke Bandara AA Bere Tallo, Atambua, saya dan kawan saya rehat sejenak di cafe kopi Soerabaja yang betara di area bandara. Tapi berhubung saya tidak suka minum kopi, jadi saya minum jus.
Ternyata, kami tidak bisa langsung ke Atambua hari itu juga karena setelah cari-cari informasi sudah tidak ada pesawat lagi yang terbang ke sana. Jadi, kami menginap semalam di Kupang, lalu besok pagi baru lanjut ke Atambua.
Besok pagi, kami pun naik pesawat Air Wings. Ini pesawat kecil yang saat itu berpenumpang sekitar 30 orang (hitungan saya). Butuh waktu sekitar 1 jam perjalanan untuk mendarat mulus di Bandara AA Bere Tallo, Atambua.
Kami langsung ke Hotel Matahari dengan mobil jemputan yang sudah disiapkan. Meski bukan hotel berbintang, ini adalah hotel paling bagus dan paling terkenal di Atambua. Selama perjalanan menuju hotel saya sambil menikmati pemandangan alam. Udaranya cukup panas ternyata, tapi di kanan kiri jalan ditumbuhi banyak pepohonan.