Karena itu, sudah selayaknya kita mengisi kemerdekaan ini dengan menjalankan apa yang sudah dicita-citakan tokoh Proklmator kita: menjadi bangsa yang adil mandiri, berdaulat dan sejahtera.
***
Jadi selama saya di pesawat Garuda Indonesia Airways, kerjaan saya makan, tidur, main game di hp, nonton di layar kursi. Sampai saya bosan hahaha...Lalu lanjut naik pesawat kecil ke Bandara Tanah Merah.Â
Selain jalur udara, bisa melalui jalur darat dari Merauke. Membutuhkan waktu sekitar 6 jam dengan berkendara menggunakan roda empat. Tadinya saya dan rombongan mau lewat jalur darat karena pesawat menuju Tanah Merah sudah tidak ada lagi.
Saya pun tidak keberatan bahkan sangat antusias karena bisa sekalian menikmati pemandangan alam. Ini pasti perjalanan yang menyerukan, meski juga melelahkan. Saya paling senang suasana alam. Pasti suasananya beda dengan daerah lain.
Sudah terbayang keseruan perjalanan darat. Terlebih katanya jalanan menuju Tanah Merah tidaklah mulus dan berlumpur. Pasti seperti off road.
Tapi akhirnya diputuskan naik pesawat keesokan harinya setelah menginap semalam di Jayapura. Pertimbangannya, kalau lewat darat khawatir para anggota DJSN kelelahan sesampainya di lokasi, terlebih ketika diperkirakan pas sampai di Tanah Merah langsung ke lokasi kunjungan. Tidak ada waktu buat istirahat di hotel.
Dari Bandara Sentani Jayapura ke Bandara Tanah Merah, Boven Digoel, kami naik dengan pesawat udara bertipe ATR (pesawat baling-baling yang bagasinya 10 kg) dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.Â
Kalau tidak salah hanya maskapai Trigana Air yang melayani rute ini, dan hanya satu penerbangan setiap harinya. Soal harga tiket saya tidak tahu karena sudah ada yang mengurusnya.
Di atas pesawat sebelum tiba di Bandar Udara Tanah Merah, terlihat hutan rimba dengan pepohonan yang lebat. Terlihat pula sungai Digoel yang panjang. Nah dari Bandara Tanah Merah ke Penjara Boven Digoel ini begitu dekat. Tidak sampai 30 menit, sampai deh.