Sengaja dipilih di sini, agar para tahanan tidak bisa melarikan diri. Memang sih para tahanan tidak dijaga serta bebas bergerak, tapi mau lari ke mana?
Kalau pun ada yang melarikan diri, jangan harap mereka bisa selamat. Selain tempatnya yang terpencil, juga terletak di tengah hutan dan dekat hulu Sungai Digoel. Di sebelah utara, timur, dan selatan, penjara ini lagi-lagi dikelilingi hutan lebat, membuat mereka yang dibuang menjadi terisolasi.
Jadi, secara geografis penjara ini sangat tidak menguntungkan buat para tahanan karena dikelilingi hutan belantara dan hewan buas. Kalau tidak mati di dalam penjara, ya mati di makan hewan buas. Bisa buaya, bisa harimau, bisa ular, dan hewan-hewan mematikan lainnya.
Belum lagi banyaknya nyamuk malaria yang bisa membuat tahanan terkena penyakit malaria yang pada saat itu sulit untuk disembuhkan. Tak sedikit yang meninggal karena penyakit ini. Ditambah kebosanan dan ketidakpastian membuat para tahanan stres dan hampir gila.
Kalau pun mau kabur, pilihan terbaik adalah Kepulauan Thursday, Australia, yang harus menempuh perjalanan sepanjang 500 kilometer dengan menyusuri Sungai Digoel yang penuh buaya, lalu menyeberangi Selat Torres. Setiba di Australia, polisi menunggu. Jika tertangkap, para tahanan akan dipulangkan kembali ke Boven Digoel.
Oh iya, bangunan penjara Boven Digoel ini ditetapkan menjadi cagar budaya yang dilindungi. Setelah puluhan tahun ditinggalkan, pemerintah setempat merevitalisasi situs penjara ini dan "menyulapnya" jadi destinasi wisata sejarah. Salah satu pengunjungnya, ya saya ini. Turis asing pun sudah banyak ke sini.
Saya pun bisa melihat ke dalam ruang-ruang sel dengan penanda nama ruangan yang masih menggunakan bahasa Belanda. Bagaimana kondisi ruang sekap di sana yang ukurannya sangat sempit.
November 1935, Bung Hatta dan Sutan Syahrir dipindahkan ke Banda Neira, ibukota Kepulauan Banda di Maluku. Di sini jauh lebih manusiawi dibanding Boven Digoel.Â
Bung Hatta mengatakan ia gembira sekaligus sedih karena kepindahannya ini. Gembira karena akan mendapatkan nasib yang lebih baik, namun sedih akan berpisah dengan teman-teman seperjuangannya di Boven Digoel.
Seperti kata Bung Hatta, "Jangan sampai melupakan sejarah", yang dikenal dengan istilah "Jas Merah". Kita harus memahami betul kehidupan yang kita rasakan sekarang ini berkat jasa dan perjuangan para pahlawan kita dengan pertumpahan darah dan cucuran air mata.