Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buka Ruang Dialog agar Anak Merasa Bahagia dan Gembira

23 Juli 2020   16:33 Diperbarui: 23 Juli 2020   16:27 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Hari Anak Nasional...

Ya hari ini, Kamis (23/7/2020) kita memperingati Hari Anak Nasional (HAN) yang kali ini tidak ada "kemeriahan" seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena masih pandemi Covid-19, peringatan HAN bertema Anak Terlindungi, Indonesia Maju dengan tagline #AnakIndonesiaGembiradiRumah, ini dilakukan secara sederhana. Itu pun diadakan secara virtual.

Bagi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), peringatan Hari Anak Nasional ini dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal, dengan mendorong keluarga Indonesia menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak.

"Melalui kepedulian dalam menghormati, menghargai, dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi, serta memastikan segala hal yang terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan 79,55 juta anak Indonesia secara optimal," kata Menteri Bintang Puspayoga.

***
Sebagai orang tua saya bersyukur, saya masih bisa membuat anak-anak saya -- Putik Cinta Khairunnisa, Annajmutsaqib, Fattaliyati Dhikra, merasakan kegembiraan dan kebahagiaanya dalam pengasuhan saya, dan tentu saja bersama suami saya.

Sebagai generasi penerus bangsa, anak memang harus selalu diliputi kebahagiaan agar kelak ketika tongkat estafet pembangunan bangsa ada di tangannya, disambutnya dengan penuh gembira pula.

Bagi saya, memenuhi kebutuhan anak tidak semata-mata hanya dalam bentuk materi. Perlindungan dan perwujudan kesejahteraan psikis juga sangat penting. Bagaimana saya memberikan sentuhan kasih sayang, memosisikan diri selevel dengan anak, dan menempatkan anak sebagai teman berdiskusi di tengah derasnya arus teknologi informasi.

Saya tidak ingin anak saya merasa hidup sendiri dalam "kesendiriannya", lalu menarik diri dari pergaulan dan keramaian. Itu sama saja artinya anak terkungkung dalam penderitaan.

Sebagai generasi penerus bangsa, kualitas anak-anak harus dipersiapkan sedemikian rupa dan dimulai sedari usia dini. Masa tumbuh kembang anak harus optimal dengan membiarkan anak-anak tinggal di lingkungan yang aman, nyaman, dan tentu saja bahagia. Dan, semua itu dimulai dari keluarga terkecil.

Memang butuh komitmen kuat untuk bisa mencetak generasi-generasi unggul yang bahagia, berprestasi, dan berakhlak manusia. Meski tugas melahirkan anak-anak generasi penerus bangsa ada di sosok ibu, namun sejatinya membangun keluarga bahagia dan sejahtera tugas kedua orangtua.

Bagaimana agar anak-anak bergembira dan bahagia? Menurut saya, membuat anak bahagia tidak melulu dengan memberinya kemewahan dengan segala kenyamanan dan kemudahannya. Karena, tidak jarang anak yang disirami dengan kemewahan ternyata tak membuatnya bahagia. Ia malah merasa kesepian, terabaikan, kurang diperhatikan, dan (semoga ini tidak terjadi) depresi.

Kegembiraan pada anak bisa diberikan dengan cara sederhana. Orangtua perlu membuat anak bergembira dengan cara membuka dialog. Dalam dialog itu, orangtua dan anak berada pada posisi setara, memperlakukan anak sebagai "orang merdeka" yang perlu didengar suara dan mimpi-mimpinya. Orangtua juga dengan mudah mengapresiasi kelebihan dan bakat anak.

Saat orangtua sudah mampu berdialog dengan anak, itulah kegembiraan. Karena kegembiraan anak saat ini adalah saat orangtua mau dan mampu mendengar setiap suara lirihnya. Orangtua juga dengan mudah mengapresiasi kelebihan dan bakat anak. Jamak kita ketahui orangtua lebih mudah marah saat anaknya salah. Namun, hanya sedikit kata pujian saat anak hebat atau berprestasi.

Untuk menciptakan kondisi anak yang gembira dan bahagia tak bisa lepas dari peran orangtua, terutama ibu, dalam proses tumbuh kembang anak begitu besar. Masa depan anak kita bergantung pada bagaimana ayah dan ibu bertanggung jawab menjalankan perannya secara signifikan.

Kegembiraan anak juga berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak. Apa saja hak anak? Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak ada 10 hak yang wajib diberikan orangtua untuk anak yaitu: hak untuk bermain;  mendapatkan pendidikan; mendapatkan perlindungan; mendapatkan nama (identitas); mendapatkan status kebangsaan; mendapatkan makanan; mendapatkan akses kesehatan; mendapatkan rekreasi;  mendapatkan kesamaan; dan hak untuk berperan dalam pembangunan.

Dari ke-10 hak anak itu, syukurlah bisa saya penuhi. Pemenuham hak anak ini tidak hanya berhenti dalam satu fase tertentu, tapi terus berlanjut hingga anak-anak tumbuh dewasa.

Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan Indonesia mengingat masih banyak anak-anak Indonesia yang mengalami ketidakbahagiaan, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, eksplotasi, dan lain-lain.

Berbagai isu kekerasan terhadap anak ini masih mendominasi pemberitaan. Hal ini menandakan, anak-anak di Indonesia belum mendapatkan hak untuk hidup dengan aman dan nyaman.

Karenanya, kita harus mengajak seluruh warga Indonesia merenungkan kembali tentang pelindungan anak dalam keluarga. Salah satunya dengan menggembirakan mereka.

Mari jadikan keluarga kita sebagai lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air.

Sebagai orangtua, saya memang masih jauh dari kata ideal. Karena dalam perjalanannya saya akui juga terkadang diwarnai dengan "konflik". Ya masih dalam taraf wajar sih, menurut saya. Karenanya, saya tidak akan pernah bosan untuk terus belajar dan menjadi orangtua yang dibanggakan anak-anak saya. 

"Selamat Hari Anak Nasional, anak-anak bunda sayang..." seraya memeluk anak-anak saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun