Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bisakah Hidup Tanpa Plastik?

11 Juli 2020   09:52 Diperbarui: 17 Juli 2020   09:55 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut data Sustainable Waste Indonesia (SWI) yang dilansir dari Tekno.tempo.co, tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia kurang dari 11 persen, hanya sekitar 9-10 persen. Per hari nya, ada 11 juta kilogram sampah plastik yang diproduksi, namun hanya 2 juta kilogram (kg) yang terkelola dengan baik.

Mungkin kita tidak bisa melepas begitu saja penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Tapi tidak ada salahnya kita mengurangi sampah plastik dari diri kita sendiri. 

Sekecil apapun upaya kita, tetap berpengaruh terhadap keberlangsungan dunia secara global. Jika ada kita-kita yang lain yang melakukan hal yang sama, tentu sangat besar dampaknya bagi lingkungan.

Lantas apa kontribusi kita untuk mengurangi sampah plastik? 

Apakah cara yang sudah saya lakukan ini bisa dikatakan bagian dari upaya itu? Seperti membawa kantong belanja sendiri. Saya juga membiasakan anak-anak saya membawa botol minum sendiri yang secara tidak langsung bisa membantu mengurangi penggunaan botol plastik (minuman) kemasan. Terlebih botol minum juga aman dipakai berulang-ulang, tidak seperti botol plastik kemasan.

Saya juga lebih sering memasak sendiri daripada memesan makanan melalui aplikasi online. Saya mencoba menghindari kemasan dan alat makan yang digunakan yang umumnya berbahan plastik, yang kemungkinan besar tidak berguna lagi buat saya pakai. Tapi bukan berarti saya tidak pernah memesan makanan secara online. Saya lebih memilih memesan makanan yang dikemas dalam kertas kardus semisal pizza atau ayam goreng.

Apalagi ya? Bagaimana, apakah ada masukan buat saya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun