Nah produk "antivirus" itu bagian ranahnya Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Sebagai salah satu unit eselon 1 di bawah Kementan, lembaga ini memiliki mandat melakukan penelitian dan pengembangan. Termasuk meneliti potensi eucalyptus yang merupakan salah satu jenis tanaman atsiri.
"Saat awal pandemi, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang memiliki mandat melakukan penelitian bidang tanaman rempah, obat dan atsiri sudah menginventarisir beberapa tanaman potensial sebagai peningkat imunitas dan juga antivirus," kata Dr. drh. NLP. Indi Dharmayanti, MSi, Peneliti Utama Virologi Molekuker BB Litvet, Balitbangtan, Kementan dalam keterangan tertulisnya yang diterima saya, belum lama ini.
Data ini diperoleh baik dari hasil-hasil penelitian selama hampir 40 tahun Balittro berdiri ataupun dari publikasi ilmiah. Ada sekitar 50 tanaman yang diidentifikasi, dan lebih 20 yang sudah diekstraksi dan diketahui bahan aktifnya. Selanjutnya dilakukan pengujian oleh Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) terhadap kemampuan antivirus pada virus influenza dan virus corona model (beta dan gama corona). Â
Produk Balitbangtan ini diformulasikan berbasis minyak Eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori. Dengan teknologi nano, ukuran partikel bahan aktif menjadi sangat kecil dan luas permukaannya menjadi sangat besar. Dengan demikian, luas bidang kontaknya menjadi sangat besar dan dapat menekan penggunaan bahan aktif. Â
Minyak ini mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release) sehingga berfungsi sebagai aromaterapi selama jangka waktu tertentu. Untuk mendapatkan efek aromaterapi yang optimal, penggunaannya dilakukan dengan cara menghirup aroma dari lubang-lubang kemasannya. Â
Produk ini mengandung bahan yang telah diuji secara in-vitro di laboratorium memiliki aktivitas antivirus, baik terhadap virus influenza maupun virus corona (gamma- dan beta-corona)
"Eucalyptus sudah turun-temurun digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk gangguan saluran pernafasan karena punya kemampuan sebagai pelega saluran pernafasan, pengencer dahak, pereda nyeri, pencegah mual, anti inflamasi dan efek menenangkan," terangnya.
***
Mengapa eucalyptus mampu menetralisir atau membunuh virus? Bila kita melakukan penelusuran ilmiah ataupun empiris, banyak informasi yang mendukung hasil inovasi Balitbangtan ini. Menurut Bakkali et al (2008), minyak atsiri umumnya memiliki kemampuan sebagai antimikroba, antivirus, antikanker, antiksidan, anti inflamasi, peningkat daya tahan tubuh. Â
Minyak eucalyptus dengan kandungan bahan aktifnya yaitu 1,8 cineol atau eucalyptol memiliki kemampuan menghambat replikasi virus influenza (H1N1) menurut Sadatrasuletal (2017). Â Selanjutnya beberapa publikasi lain (Sadlon et al., 2010; Singh et al, 2009; Lee et al, 2001; Serafino et al, 2008) menyebutkan tentang potensi eucalyptus untuk penanganan gangguan pernafasan, terutama pada pasien dengan pembengkakan saluran nafas dan paru paru.
Sebagai antioksidan bahkan eucalyptus sudah digunakan sebagai bahan aktif pada obat Soledum yang digunakan untuk pengobatan penyakit pernafasan. Kemampuan antimikroba dari Eucalyptus dan Tea Tree Oil yang mengandung 1,8 cineol berpotensi untuk desinfektan mikroba (May et al., 2000).