Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Begini Cara Saya "Berperilaku Cerdas di Tengah Ketidakpastian"

26 Juni 2020   20:01 Diperbarui: 26 Juni 2020   19:51 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Saya hanya berbelanja di warung tetangga atau minimarket atau di lapak gerobak sayuran yang mangkal di depan kompleks rumah. Saya juga berbelanja tidak tiap hari. Saya membatasinya untuk stok sepekan. Jadi seminggu kemudian saya baru ke luar rumah untuk berbelanja kebutuhan nutrisi keluarga. Selama 4 bulan terakhir ini saya malah belum sekalipun menjejakkan kaki di supermarket.

Dengan cara seperti itu, saya bisa membatasi interaksi saya, membatasi peredaran uang saya mengingat uang menjadi salah satu perantara penularan virus Corona. Saya juga tidak perlu tiap hari ke luar rumah untuk menjaga diri saya dan keluarga dari terpapar Covid-19.

Ketika gaji suami dipangkas perusahaan tempatnya bekerja akibat efek Covid-19, saya juga tidak panik atau khawatir berlebihan atau marah-marah. Kebetulan saya buka tipe istri yang suka menuntut macam-macam minta dibelikan ini belikan itu, kecuali untuk kebutuhan anak-anak (suami saya pasti bersyukur mendapatkan istri "sebaik" saya). Kebetulan saya juga punya penghasilan sendiri, jadi saya masih bisa memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak dan saya pribadi tanpa harus meminta pada suami.

Saya juga tidak terpengaruh untuk mengambil uang simpanan secara "besar-besaran" (rush). Biasanya kalau sudah dalam keadaan terdesak, dan stok uang di tangan benar-benar menipis, baru saya melakukan tarikan tunai. Itu pun juga seperlunya sesuai kebutuhan. Saya ingin ikut andil menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK). Tindakan kecil sih tapi menurut saya cukup membantu pemerintah.

Perilaku saya itu hanya ingin ikut berperan serta menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Kalau saya ikut berkontribusi menciptakan ketidakstabilan sistem keuangan, maka saya sebagai bagian dari masyarakat juga akan terkena dampaknya yang bisa berimbas pada keluarga saya. Tentunya saya tidak ingin kembali mengulang kisah kelam saat krisis moneter melanda negeri kita yang tercinta ini.

Dalam menjaga SSK, memang menjadi tugas Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral dengan menjaga stabilitas moneter serta stabilitas keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Namun, untuk menjaga kestabilan sistem keuangan, tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah dan berbagai lembaga keuangan seperti Bank Indonesia, tetapi juga seluruh masyarakat, termasuk saya di dalamnya. Dengan begitu, inflasi serta berbagai krisis keuangan lainnya dapat dihindari

Kalau berbelanja di minimarket saya lebih sering melakukan transaksi secara online. Bisa secara debit, bisa pakai e-money semisal Gopay dan Ovo. Ya seperti biasa sebelum Covid-19 mendera. Jadi sebenarnya tidak ada perbedaan mencolok bagaimana saya saat bertransaksi keuangan. Oh iya, saya tidak punya kartu kredit. Jaman begini tidak punya kartu kredit? Saya hanya ingin membiasakan diri saja untuk tidak berhutang dalam memenuhi suatu kebutuhan.

Saya juga menerapkan kepada diri saya untuk bijak berperilaku dalam media sosial. Sebagai pekerja lapangan, saya terbiasa membaca berita di online. Kalau berita yang saya baca bermanfaat untuk diketahui publik biasanya saya share ke Facebook (Neng Sari) -- satu-satunya media sosial saya. Kebetulan saya tidak punya twitter, Instagram, atau yang lainnya. Jadi saya tidak perlu dipusingkan oleh postingan-postingan yang tidak penting.

Begitu pula saat saya menyikapi informasi yang dibagi di group WhatsApp. Jika setelah ditelusuri kebenarannya dan ternyata informasi tersebut hoax, saya meminta teman yang memposting untuk menghapusnya. Saya juga meminta anggota group untuk tidak membagikan lagi postingan tersebut. Kalau sudah terlanjur membagikan, saya minta segera untuk menghapusnya. Saya juga menghimbau sebelum mengshare informasi tersebut harus mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu, dan harus dipikirkan pula manfaat tidaknya postingan itu.

Demikianlah pengalaman saya "berperilaku cerdas di tengah ketidakpastian". Sejauh ini sih berjalan lancar tanpa ada hambatan berarti. Semoga saja "ketidakpastian" ini mampu menuntun kita untuk beradaptasi dan mencari cara positif bagaimana kita harus menyikapinya jika suatu ketika kembali menghadapi "ketidakpastian".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun