Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Jalan-jalan" di Era PSBB Transisi

20 Juni 2020   07:34 Diperbarui: 20 Juni 2020   10:14 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali beraktifas menjadi hiburan tersendiri bagi saya. Karena saya adalah pekerja lapangan, maka segala aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan saya, saya menganggapnya sebagai "jalan-jalan". Terlebih saya kerap menggunakan angkutan umum sehingga saya bisa leluasa melihat "pemandangan" di sekitar saya.

Jadi, setelah hampir empat bulan terkurung di rumah, kembalinya saya beraktifitas saya sambut dengan suka cita. Tak ada lagi ketakutan akan tertular Covid-19 seperti selama masa "lockdown" di rumah. Walaupun ada rasa khawatir tapi levelnya sudah berada di titik rendah. Saya jadi bisa melihat "dunia". 

Tentu saja dengan tetap meningkatkan kewaspadaan dengan selalu memakai masker dan sarung tangan. Tak lupa untuk sering mencuci tangan pakai sabun. Sesuatu yang mudah dilakukan mengingat banyak dijumpai tempat mencuci tangan berikut sabunnya. Entah di minimarket, sekolah, rumah sakit, pasar, toko, bahkan di pinggir jalan. Ini menjadi "kebiasaan baru" yang tak aneh lagi.

Kemarin menjadi awal "normalnya" aktifitas saya. "Seperti apa ya wajah Jakarta sekarang?" tanya saya penasaran. Usai shalat subuh saya pun keluar rumah. Saya harus tiba jam 5.30-06.00 di Kementerian Koperasi dan UKM di bilangan Rasuna Said, Kuningan. Kemarin saya mendapat tugas untuk mengikuti agenda kunjungan kerja Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki ke Koperasi Pasar Kranggan, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat.

Di masa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar transisi atau PSBB yang diperlonggar atau "new normal", saya ingin melihat dengan kepala mata saya sendiri keadaan di luar sana. Apakah "seketat" sebelumnya?  

dokpri
dokpri
"Jalan-jalan" saya awali dengan berjalan kaki dari rumah sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Saya pun mendapati pedagang sayuran, pedagang ikan segar, pedagang ayam, dan pedagang makanan yang tengah merapikan lapaknya di depan kompleks rumah saya.

Lalu naik angkot ke Stasiun Citayam yang hanya butuh waktu 3-5 menit. Sampai di sini saya tidak mendapati penumpang yang membludak, tidak ada antrian yang mengular. Padahal waktu menunjukkan jam 5.15. Tidak seperti saya bayangkan. Sepertinya saya tidak perlu khawatir lagi kalau harus berangkat pagi.

Saya juga tidak diperiksa suhu tubuh saya, meski ada petugas dan aparat keamaan dari kepolisian dan Brimob (setidaknya terlihat dari seragam yang dikenakan). Kereta yang saya naiki penuh tapi tidak padat. Karena ada jarak di antara kita, maka tempat duduk penumpang terlihat terisi penuh. Jadi saya berdiri. Tapi perjalanan saya cukup nyaman hingga saya turun di Stasiun Tebet. 

Dari Stasiun Tebet saya lanjut naik ojek online ke Kementerian Koperasi dan UKM. Tapi ojek yang saya tumpangi tidak ada partusi atau pemisah seperti yang saya lihat di berita televisi. Order saya juga tidak dibatalkan sepihak karena saya tidak membawa helm. Saya pakai helm yang dibawa driver. 

Sebagaimana berita yang saya baca, ada beberapa protokol kesehatan yang diberikan oleh pemerintah untuk driver ojol guna menekan penyebaran virus saat angkut penumpang di era "new normal" atau PSBB transisi. Di antaranya, para driver wajib menggunakan atribut ojol, masker, serta sarung tangan. Penumpang juga diwajibkan untuk membawa helm sendiri dari rumah. Driver ojol juga dibekali partisi pembatas antara driver dan penumpang, guna mencegah penyebaran virus. Tapi yang saya dapati tidak demikian. Entah yang dialami penumpang lain. 

***

dokpri
dokpri
Saya menikmati "jalan-jalan" saya bersama beberapa kawan dalam satu mobil. Di sekitar jalan Transyogi, Cibubur, kami berhenti sejenak untuk sarapan. Kami pun sarapan bubur ayam di pinggir jalan yang lengang karena hari masih pagi. 

Dalam melayani pembeli, abang penjualnya memakai masker dan sarung tangan plastik. Ia terlihat begitu semangat melayani  konsumen. Dari sorot matanya saya bisa tahu ia melayani dengan senyuman. Sepertinya ia sudah mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan fase "new normal".

Sambil memandang jalanan yang sepi, kami pun menikmati santap pagi. Tak banyak obrolan. Mungkin karena terlalu fokus mengisi perut yang sedari tadi berteriak lapar.  Tapi kami tak lama karena dapat informasi jika Menteri Koperasi sebentar lagi sampai di tujuan. Setelah 30 menit melaju, kami pun sampai di lokasi. 

Sebelum masuk ke dalam gedung, kami dicek suhu tubuh dan diminta untuk mencuci tangan. Di dalam ruangan saya perhatikan kursi-kursi diset dengan berjarak. Para undangan yang sebagian besar pedagang di Pasar Kranggan Mas, memakai masker dan sarung tangan. Karena dibatasi, jumlah pedagang tidak sampai 30 orang.

dokpri
dokpri
Setelah menyampaikan apa yang perlu disampaikan, MenkopUKM Teten Masduki, Direktur Utama LPDB KUMKM Supomo, Direktur Umum dan Hukum LPDB-KUMKM Jainal Aripin, Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono, Ketua Koppas Kranggan Anim Imanuddin, pun "jalan-jalan" ke Pasar Kranggan Mas yang lokasinya tidak begitu jauh dari Koperasi Pasar Kranggan, lalu berdialog dengan para pedagang.

Saya pun menikmati "pemandangan" ini dengan memperhatikan apakah pasar ini juga sudah beradaptasi dengan "new normal"? Dalam pandangan mata saya sih terlihat tempat mencuci tangan berikut sabun, ada petugas yang siap mencek suhu masyarakat yang berkunjung ke pasar itu, serta pedagang dan pembeli yang memakai masker.

Selama 30 menit di sana, tuntas sudah edisi "jalan-jalan" saya: Citayam - Jakarta - Bekasi - Citayam. Saya pun terhibur tidak lagi diliputi rasa bosan dengan pemandangan yang "itu-itu" saja: teras rumah, ruang tengah, dapur, kamar tidur, ruang televisi, dengan orang yang "itu-itu" saja: anak-anak, suami, dan asisten rumah tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun