Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Berangkat Siang, Ternyata Kereta Sepi Penumpang

9 Juni 2020   19:37 Diperbarui: 9 Juni 2020   20:24 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah 3 bulan lebih tidak naik kereta, akhirnya saya naik juga. Sengaja jalan agak siang untuk menghindari "pemandangan yang mengerikan" seperti yang saya lihat kemarin.

Kemarin, saya membatalkan rencana kontrol saya ke radioterapi RSCM karena mendapatkan laporan-laporan dari media massa dan media sosial mengenai membludaknya penumpang.

Ngeri melihatnya. Terjebak dalam kerumunan banyak orang tanpa menjaga jarak, siapa yang bisa menjamin saya aman-aman saja? Terlebih saya punya riwayat penyakit keganasan.

Jadi saya putuskan jalan agak siang. Berbekal alat pelindung diri berupa masker dan sarung tangan mengikuti instruksi suami, saya melaju ke stasiun citayam diantar suami pakai motor.

"Hati-hati bun, ingat jaga jarak," kata suami pas sampai di stasiun. "Iya," kata saya seraya mencium punggung tangannya yang tertutup sarung tangan.

Ketika saya masuk, suasana sepi. Petugas juga tidak mencek suhu tubuh saya, tidak bertanya-tanya saya mau ke mana, dan keperluannya untuk apa. Tidak seperti arahan yang saya baca.

Di dalam gerbong juga sepi. Saya sampai berpikir sejenak mau duduk di mana. Di sana? Di sini? Di situ? Saya serasa naik kereta premium. Ih kenapa jadi norak begini. Saya seperti baru melihat dunia saja.

***

dokpri
dokpri
Setelah berjalan kaki dari stasiun Cikini, sambil melihat-lihat apakah ada perubahan di sepanjang jalan ini, sampai juga saya di RSCM. Suasananya sepi. Lengang. 

Tumben, tidak ramai seperti biasanya. Apakah jumlah pasien dibatasi? Atau karena saya yang datang sudah siang saja? Tapi meski siang, pasien biasanya tetap ramai kok.

Pintu masuknya bukan jalur seperti yang biasa saya lewati. Koridornya ditutup. Jadi saya balik arah ke pintu masuk utama. Di sini oleh petugas yang berpakaian APD, saya cuma dicek suhu yang tertera 36,2 derajat selsius.

Saya tidak ditanya-tanya kondisi kesehatan saya seperti pertanyaan "apakah saya batuk?", "apakah tenggorokan saya sakit?", "apakah saya sesak napas?", "apakah saya pernah kontak dengan pasien Covid-19?"

Sangat berbeda ketika saya kontrol di RS Hermina Depok. Sebelum saya masuk ke dalam rumah sakit dan sudah berada dalam ruangan tunggu, saya harus mengikuti sejumlah protokol kesehatan.

Apakah karena sekarang kita tengah menjalani fase "new normal"? Entahlah. Lalu tangan saya oleh petugas dikasih stempel. Entah apa yang tercetak. Tak terbaca oleh saya. Warnanya tipis. Saya perhatikan seperti tertulis "dewas", mungkin "dewasa"?

Lalu saya menyusuri koridor menuju radioterapi. Saya lewati bagian radiologi. Suasananya juga sepi. Benar-benar lengang. Ah tidak seperti biasanya. 

Jadi sepertinya saya tak perlu menunggu lama. Setelah mendapat nomor antrian, ketika berkas tengah disiapkan petugas, dan saat di bagian admisi, semua prosedur itu hanya membutuhkan waktu 20 menit. Tak ada drama melalui antrian panjang.

Saat nama saya dipanggil dokter pun saya tidak perlu menunggu terlalu lama. Saya senang. Berarti saya bisa menghindari "pemandangan yang mengerikan" di kereta di saat jam pulang kantor (?).

***

dokpri
dokpri
Alhamdulillah urusan saya di RSCM selesai sebelum jam 14. Setelah menuntas shalat dzuhur, saya pun pulang dengan nyaman dan hati riang, tentunya. Langkah kaki saya terasa berirama.

Saya kembali menyusuri jalan yang basah karena hujan. Pemandangan begitu lengang. Jalanan terlihat tidak ramai. Pas sampai di peron atas stasiun Cikini, kereta tujuan Bogor tengah berhenti.

Saya pun bergegas masuk. Dan...sepi! Ya saya senang dong. Mau duduk di mana saja terserah. Mau foto-foto berbagai gaya juga terserah. Mau jalan mondar mandir pun sepertinya boleh.

Kalau melihat keadaan yang sudah saya lalui hari ini, sepertinya pergi agak siang menjadi waktu yang tepat untuk naik kereta yang nyaman tanpa ribet dan tak perlu melalui proses "drama" menyedihkan.

Kamis depan saya kembali lagi ke RSCM dengan jadwal yang agak lebih pagi. Semoga saja nanti perjalanannya seperti hari ini. Tidak perlu berdesak-desakan dan saya tinggal duduk manis saja di kereta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun