Sejak merebaknya pandemi covid-19 awal Maret lalu, pemerintah telah mencoba berupaya melakukan tindakan penanganan dan penanggulangan dampak yang ditimbulkan. Sebelumnya, ketika corona masih melanglang buana di Wuhan sana, kita santai saja bahkan terkesan meremehkan. Sayangnya, respons seperti itu muncul dari pejabat sekelas Menteri. Entah saking pedenya atau nggak kepikiran. Saya juga nggak ngerti. Haha..Â
Saat itu, rakyat sudah bereaksi agar pemerintah memberlakukan penutupan bandara dan pelabuhan serta tidak membiarkan turis asing masuk. Malahan seolah menantang, menerima ratusan turis china di Sumbar sana bahkan dijamu istimewa. Hasudahlah.
Kini, semua kewalahan. Corona benar-benar bertandang di Indonesia. Semua kalang kabut. Pak Menteri terdiam. Pak Presiden terperangah. Rakyat ketakutan. Sayangnya, bukan saja pejabat yang selow rakyatnyapun tak semuanya waras dan ngerti. Masih banyak yang egois, tidak mengindahkan imbauan pemerintah.
Selain kebijakan-kebijakan sekait perombakan anggaran, penanganan dampak covid-19, pemerintah juga memberlakukan imbauan physical distancing dengan turunannya belajar, bekerja, beribadah dari rumah. Imbauan yang mau tidak mau harus segera disampaikan kepada rakyat. Soal dampaknya, bisa dipikirkan belakangan. Kini muncul imbauan untuk tidak mudik lebaran. Muncul pro kontra  biasa.
Ya, pemerintah hanya mampu mengimbau tidak berani melarang karena pemerintah juga tidak punya solusi jelas jika menerbitkan larangan. Imbauan di rumah saja menimbulkan masalah baru bagi banyak kalangan dengan ekonomi pas-pasan yang tidak makan jika tidak keluar rumah untuk bekerja.Â
Pemerintah, belum mampu mengatasi masalah ini secara menyeluruh. Makanya hanya mengimbau saja, kalau larangan, susah lagi memberi sanksinya. Pusing lagi mikirnya. Konsistensinya. Begitupun dengan larangan mudik, akan sulit karena sudah mentradisi, bagi sebagian orang amat penting dan lebih penting dari keselamatan nyawa diri, keluarga dan kerabatnya. Entahlah!
Maka yang dapat pemerintah lakukan hanyalah memastikan sejauh mana imbauan itu efektif dengan menerjunkan petugas razia ke jalan-jalan. Menyeru bahkan saking kesalnya marah-marah karena mereka juga sebenarnya pengen tinggal di rumah tapi tertunda karena ulah bergelintir manusia egois.Â
PSBB, Karantina wilayah parsial, tidak akan efektif selama itu hanya bersifat imbauan tanpa sanksi jelas. Kalaupun sanksi jelas, tidak tegas ya sama saja bohong. Beberapa mungkin dapat sanksi tapi lebih banyak yang hanya lagi-lagi diingatkan. Rakyat yang bandel, yang sebenarnya mampu berdiam di rumah tapi tetap ngayap adalah faktor lain kenapa virus ini tak juga enyah dari bumi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H